Kamis 18 Mar 2021 22:55 WIB

Sulit Impor, AEPI: Bulog Masih Kesulitan Keluarkan Stok

AEPI menyebut stok beras Bulog menumpuk karena kehilangan pasar

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja menata karung berisi beras di Gudang Bulog Kanwil DKI dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (18/3/2021). Perum Bulog memprioritaskan pengadaan beras dari produksi dalam negeri dengan target 500.000 ton dalam tiga bulan ke depan.
Foto: ANTARA/ Reno Esnir
Pekerja menata karung berisi beras di Gudang Bulog Kanwil DKI dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (18/3/2021). Perum Bulog memprioritaskan pengadaan beras dari produksi dalam negeri dengan target 500.000 ton dalam tiga bulan ke depan.

EKBIS.CO,  JAKARTA --  Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan Perum Bulog masih kesulitan untuk mengeluarkan stok di gudang mengingat tidak adanya pasar penyaluran yang tepat. 

"Penyaluran outlet yang pasti tidak ada, ini kan perjudiannya semakin besar. Itu potensi untuk tidak terurus semakin besar," kata Khudori dalam pernyataan di Jakarta, Kamis (17/3).

Khudori menjelaskan Bulog seperti kehilangan pasar setelah pemerintah pada 2017 mengubah kebijakan bantuan dalam bentuk beras yang bernama raskin dan rastra menjadi bantuan tunai. Padahal, menurut dia, Bulog setiap tahun juga mendapatkan penugasan harus menyerap beras dari petani sebagai cadangan untuk menjaga pasokan dan stabilisasi harga beras.

Kondisi "kelebihan pasokan" itu yang menyebabkan Bulog masih menumpuk stok di gudang dan penugasan untuk impor beras menjadi sulit untuk dilakukan. "Bulog itu menyerap beras produksi domestik dalam jumlah kecil, karena sepertinya tidak ingin berjudi. Kalau beras dalam jumlah banyak, terus outlet penyalurannya semakin kecil, bahkan tidak ada, dia harus bertarung dengan pelaku usaha yang lain," ujarnya.

Terkait rencana impor beras, Anggota Kelompok Kerja (Pokja) Dewan Ketahanan Pangan ini memastikan belum ada izin yang dikeluarkan pemerintah, apalagi idealnya impor dilakukan pada Agustus-September setelah musim panen raya.

"Impor itu keputusannya bisa dibuat di Agustus atau September karena pada saat itu kita akan tahu kira-kira produksi kita bagus atau tidak, cukup atau tidak. Padi itu ada tiga siklus, siklus pertama itu panen raya. Panen raya itu terjadi antara Februari sampai Mei," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengaku kesulitan menyalurkan beras yang ada di gudang karena ketiadaan pasar sebesar 2,6 juta ton beras per tahun setelah adanya program Bantuan Pangan Non Tunai (BNPT).

Kondisi itu yang membuat Bulog masih berpikir ulang untuk melaksanakan penugasan impor beras, apalagi saat ini mulai memasuki masa panen raya padi di seluruh Indonesia. Hingga 14 Maret 2021, persediaan beras di gudang Bulog mencapai 883.585 ton dengan rincian 859.877 ton merupakan stok cadangan beras pemerintah (CBP), dan 23.708 ton stok beras komersial.Dari jumlah stok CBP yang ada saat ini, terdapat beras turun mutu eks impor tahun 2018 sebanyak 106.642 ton dari total impor beras tahun 2018 sebesar 1.785.450 ton.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement