Jumat 19 Mar 2021 11:20 WIB

Menkeu: Biaya Logistik di Indonesia Tinggi, Capai 23 Persen

Tingginya biaya logistik menyebabkan Indonesia tak menarik untuk investasi.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Pemerintah menyebut biaya logistik di Indonesia sangat mahal sebesar 23,5 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Foto: Humas Ditjen Hubla
Pemerintah menyebut biaya logistik di Indonesia sangat mahal sebesar 23,5 persen dari produk domestik bruto (PDB).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Pemerintah menyebut biaya logistik di Indonesia sangat mahal sebesar 23,5 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini jauh lebih dari biaya logistik di negara-negara kawasan ASEAN termasuk Malaysia.

"Pertama kita tahu, Indonesia biaya logistiknya sangat tinggi dibandingkan negara-negara lain. Di Indonesia mengeluarkan 23,5 persen dari ekonomi nasional sebagai biaya logistik," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani saat peluncuran Batam Logistic Ecosystem secara virtual, Kamis (18/3).

Baca Juga

Padahal, kata bendahara negara ini, biaya logistik di Malaysia hanya mencapai 13 persen dari PD. Alhasil, ini membuat Indonesia tidak cukup seksi mata investor asing sebagai negara tujuan berinvestasi.

"Karena kita langsung tahu perusahaan yang beroperasi di sini itu 10 persen kalah kompetisinya. Hanya dari biaya logistik," ucapnya.

Sri Mulyani mengatakan, tingginya biaya logistik ini tak lepas dari masih berbelit-belitnya proses pengajuan perizinan berusaha. Sehingga pelaku usaha harus merogoh biaya yang tak sedikit dan waktu yang lebih panjang untuk menyelesaikan perizinan.

Oleh karena itu, pihaknya menyambut baik kehadiran Batam Logistic Ecosystem. Menurutnya, BLE sebagai solusi untuk menekan biaya logistik guna menggaet lebih banyak lagi investor asing.

"Jadi, kalau kita mau menjadi negara besar, ingin Indonesia maju, masyarakatnya sejahtera, ingin investasi datang kesini, harus (biaya logistik) competitiveness," ucapnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement