Jumat 19 Mar 2021 14:15 WIB

Jelang HBKN, Kementan Pantau Kondisi Luas Tanam Cabai Garut

Kementan ungkap tingginya harga cabai imbas PSBB sehingga petani kurangi luas tanam

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menjelang bulan Ramadhan yang semakin dekat, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto memantau kondisi riil pertanaman cabai di Kabupaten Garut sebagai sentra cabai terbesar nasional pada Rabu (17/3).
Foto:

Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Benny Yoga. Ia mengatakan bahwa untuk Ramadhan dan Idul Fitri diprediksi pasokan aman serta harga cabai tidak setinggi saat ini.

Dinas sudah membuat sistem zonasi pertanaman cabai untuk pengamanan pasokan. Untuk menjaga ketersediaan pasokan di bulan Ramadhan dan Idul Fitri berasal dari pertanaman di Garut Tengah dan Garut Utara. Sementara untuk Natal dan Tahun baru berasal dari Garut Selatan.

Potensi luas panen cabai di Garut mencapai 5.500 - 6.400 hektare per tahun. "Dengan potensi tersebut, kami siap menjadi penyangga Jakarta," ungkap Benny.

Tak hanya Benny, Sumarna yang tidak lain adalah Champion cabai di Kabupaten Garut turut membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa harga cabai pada bulan Ramadhan nanti akan turun. 

Harga cabai rawit di tingkat petani diprediksi maksimal Rp 50 ribu per kilogram. Marna menambahkan, selain Kecamatan Banyuresmi dan Samara, Kecamatan Cibiuk juga akan panen cabai rawit seluas 150 hektare. Begitu pula daerah sentra lainnya seperti Sumedang dan Bandung juga mulai panen Ramadhan mendatang. 

"Saat ini kami suplai aneka cabai ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dan Jakabaring Palembang hanya 3 ton per hari, tapi pada saat panen raya nanti tidak kurang dari 10 ton cabai rawit dan 30 ton cabai keriting," ujar Marna.

Pada 2021, Ditjen Hortikultura akan mengembangkan cabai melalui program kampung cabai. Ke depannya, kampung cabai tersebut akan difasilitasi mulai dari sarana persemaian sampai dengan pemasaran. Sentuhan teknologi juga akan digunakan pada proses persemaian benih agar lebih efisien dari segi waktu, sehingga pertanaman bisa dilakukan lebih cepat.

 

Selain itu, Ditjen Hortikultura juga mendorong peggunaan benih ke arah hibrida. Namun jika petani lebih memilih dengan benih lokal, maka harus dapat melakukan seleksi benih dari tanaman yang sehat sehingga tidak membawa penyakit pada tanaman berikutnya dan produktivitasnya tetap tinggi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement