EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah berencana mengimpor beras sebanyak 1 juta ton tahun ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 500 ribu ton dialokasikan untuk cadangan beras pemerintah (CBP) sementara 500 ribu ton sisanya dikhususnya untuk beras komersial Bulog.
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, menjelaskan, stok CBP merupakan beras dengan kualitas medium yang biasa digunakan dalam operasi pasar untuk stabilisasi harga. Namun, kata Lutfi, terdapat perubahan preferensi masyarakat dalam konsumsi beras.
Menurutnya, di beberapa daerah operasi pasar beras menggunakan beras medium dan premium. Itu lantaran adanya permintaan terhadap kualitas beras yang lebih baik.
"Ada pasar-pasar di mana (keinginan) orang sudah berubah, tidak mau lagi beras medium. Kalau tidak ada yang mengatasi kebutuhan beras premium, ini bisa menjadi inflatoar (pemicu inflasi) ketika orang cari beras lebih baik dan harga akan naik," kata Lutfi.
Oleh karena itu, pemerintah ingin memberikan keleluasaan kepada Bulog dalam memasok beras untuk kebutuhan pasar dan memastikan harga terjamin.
Namun, Lutfi memastikan, angka 1 juta ton impor beras merupakan angka taksiran. Realisasinya bisa kurang atau lebih atau tidak sama sekali direalisasikan. Pasalnya, pemerintah tetap memprioritaskan produksi dalam negeri yang dihasilkan petani. Indikator yang terpenting yakni cadangan beras di Bulog bisa kembali ke level 1 juta-1,5 juta ton dari saat ini sekitar 800 ribu ton.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) sebelumnya menegaskan belum tentu akan melaksanakan penugasan pemerintah terkait rencana impor beras sebanyak 1 juta ton tahun ini. Pasalnya, Bulog tetap akan memprioritaskan produksi dalam negeri dan kemampuan perusahaan dalam menyimpan beras.
"Walau kami dapat tugas impor 1 juta ton, belum tentu kami laksanakan karena kami prioritas produk dalam negeri yang sekarang sedang panen raya," kata Buwas.
Buwas mengatakan, seiring masuknya musim panen raya, stok dipastikan akan kembali mencapai lebih dari 1 juta ton. Pasalnya diprediksi total penyerapan gabah petani oleh Bulog pada musim panen raya pertama periode Maret-April 2021 sebanyak 390.800 ton. Adapun total penyerapan gabah yang sudah terealiasi sejak Januari hingga 14 Maret 2021 sebanyak 70.940 ton.
Buwas menjelaskan, pada pekan kedua Maret terjadi peningkatan rata-rata angka penyerapan gabah setara beras yakni 3.500 ton per hari. Itu naik dua kali lipat dari pekan pertama Maret yang sebesar 1.500 ton per hari. "Stok CBP hingga akhir April 2021 dapat dicapai berada di atas 1 juta ton," kata Buwas.
Ia menjelaskan, total kapasitas gudang Bulog di seluruh Indonesia sebetulnya jauh lebih besar, yakni sebanyak 3,6 juta ton. Namun, ia mengingatkan pangsa pasar beras Bulog dalam penyaluran program bantuan beras sejahtera (Rastra) sebanyak 2,6 juta per tahun telah hilang.
Itu lantaran telah diubahnya program bantuan beras dari pemerintah di mana perusahaan swasta bisa ikut memasok melalui e-warong. Oleh sebab itu, Bulog harus mengatur volume penyimpanan beras karena berisiko jika volume yang disimpan terlalu besar sementara pasar beras Bulog tak punya kepastian.