EKBIS.CO, JAKARTA -- Lembaga pengawas pelayanan publik, Ombudsman, menyatakan isu impor beras yang mencuat ke publik belakangan ini tidak menurunkan harga gabah petani. Penurunan yang sedang terjadi lebih disebabkan oleh masa panen raya di mana volume stok gabah tengah mengalami puncak.
Anggota Ombudsman, Yeka Hendra Fatika, mengatakan, sesuai angka proyeksi BPS, produksi gabah kering giling (GKG) periode Januari-April 2021 mengalami kenaikan sebanyak 5,38 juta ton sedangkan produksi beras juga naik sebanyak 3,08 juta ton.
Di tengah produksi yang akan meningkat, di tambah mulai masuknya musim panen raya, Yeka menilai penurunan harga gabah yang sedang terjadi saat ini murni akibat hukum penawaran-permintaan lantaran banyaknya produksi.
"Tanpa (isu) impor, harga gabah akan turun ketika terjadi musim panen raya. Seperti tahun lalu tanpa ada keputusan impor, harga gabah pasti turun karena belaku hukum supply-demand," kata Yeka dalam konferensi pers, Rabu (24/3).
Yeka memaparkan, harga gabah pada Januari 2020 sebesar Rp 5.273 per kilogram (kg). Adapun ada Januari 2021 harga bergerak di level Rp 4.900 per kg atau lebih rendah. Begitu pula pada Februari 2021 di mana rata-rata harga gabah kembali turun menjadi Rp 4.754 per kg.
Sementara, isu impor mulai mencuat pada awal Maret 2021. "Jadi sebelum ada isu itu (impor) sudah turun (harga) apalagi produksi berlebih," katanya.
Saat harga turun, Yeka melanjutkan, peran stabilisasi dari Bulog sangat dibutuhkan. Ia mengatakan, ketika harga gabah turun, upaya penyerapan gabah yang dilakukan Bulog secara langsung mampu menaikkan harga gabah.
"Selama hiruk pikuk 10 hari terakhir memang juga terjadi penurunan harga, namun juga ada peningkatan saat Bulog mulai bergerak," kata dia.