Selasa 30 Mar 2021 11:26 WIB

Hambatan di Terusan Suez, Potensi Tekanan Perdagangan Global

Terusan Suez membawa 10 persen perdagangan global, termasuk 7 persen minyak.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
 Kapal kontainer Ever Given sedang bergerak di Terusan Suez, Mesir, 29 Maret 2021. Otoritas Terusan Suez pada 29 Maret mengatakan bahwa lalu lintas akan dilanjutkan setelah kapal kontainer besar
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Kapal kontainer Ever Given sedang bergerak di Terusan Suez, Mesir, 29 Maret 2021. Otoritas Terusan Suez pada 29 Maret mengatakan bahwa lalu lintas akan dilanjutkan setelah kapal kontainer besar

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Kapal kontainer raksasa bernama Ever Given yang terjebak di Terusan Suez Mesir telah menambah titik tekanan baru dalam perdagangan global. Sebelumnya, sepanjang tahun lalu rantai pasok global terganggu karena pandemi Covid-19.

Meski kapal raksasa tersebut berhasil dievakuasi, belum ada kepastian kapan lalu lintas kapal melalui Terusan Suez bisa kembali normal. Kapal raksasa itu telah menutup jalur kanal selama hampir seminggu dan menahan perputaran uang hingga 9 miliar dolar AS setiap harinya dalam perdagangan global.

Ekonom mengatakan gangguan pengiriman Ever Given melalui Terusan Suez mungkin tidak akan terlalu berdampak pada perdagangan global. Gangguan ini juga tidak sampai berdampak terhadap pertumbuhan global karena lebih banyak orang di dunia telah mendapatkan vaksin Covid-19 dan ekonomi dibuka kembali.

Namun, tetap saja hambatan tersebut menjadi potensi tekanan baru bagi perdagangan global. Perusahaan dituntut lebih mempersiapkan bisnis mereka menghadapi berbagai kemungkinan hambatan, kepala ekonom di Milken Institute, William Lee.

"Ini adalah peringatan tentang betapa rentannya rantai pasokan kita dan bagaimana memikirkan kembali teknik inventaris yang tepat waktu," kata Lee dikutip AP News, Selasa (30/3). 

Gangguan dari penyumbatan Terusan Suez tidak terlalu dramatis tetapi bukan berarti tidak signifikan. Kanal tersebut membawa lebih dari 10 persen perdagangan global, termasuk 7 persen minyak dunia. Kapal harus berbalik arah di sekitar Tanjung Harapan di Afrika Selatan untuk menghindarinya.

Hal itu memperlambat kedatangan peti kemas di tempat tujuan. Selain itu, aktivitas pengisian kembali peti kemas yang sudah kosong terpaksa harus tertunda. Hal ini berdampak terhadap kenaikan biaya yang dibebankan kepada konsumen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement