Jumat 09 Apr 2021 12:52 WIB

Penurunan Harga Gabah Petani Murni Akibat Panen Raya

Ombudsman menemukan penurunan harga disertai dengan peningkatan produksi padi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Petani memanen padi di areal persawahan Kelurahan Kaligangsa, Tegal, Jawa Tengah, Senin (22/3). Hasil temuan Ombudsman menunjukkan, penurunan harga murni diakibatkan musim panen raya di mana terdapat kenaikan produksi namun disertai kenaikan kadar air yang menurunkan kualitas gabah.
Foto:

Di samping itu juga, konsumsi rata rata per kapita beras juga makin tahun mengalami penurunan, seiring dengan perpindahan pola konsumsi ke karbohidrat berbasiskan gandum.

Yeka menambahkan, curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan curah hujan tahun lalu juga mempunyai andil dalam penurunan harga gabah. "Hal ini berdampak terhadap peningkatan kadar air. Dan itu terjadi disaat berkurangnya intensitas matahari. Dalam kondisi seperti ini, petani yang hanya mempunyai alat pengering saja yang mampu mengeringkan gabah," ujarnya.

Menurutnya, kadar air yang tinggi menyebabkan biaya pengolahan gabah menjadi beras semakin mahal. Hal itu pun mendorong penawaran harga gabah oleh tengkulak atau penggilingan padi semakin rendah.

Penurunan harga gabah juga didorong oleh semakin berkurangnya tenaga kerja pemanenan. Hal ini berdampak pada banyaknya kasus pemanenan dilakukan pada saat keadaan tanaman belum cukup umur untuk dipanen.

"Dalam kondisi seperti ini, kualitas gabah dipastikan menurun, butir hampa semakin banyak, hingga mencapai 18 persen. Hal ini berdampak terhadap tingginya susut dari gabah kering panen menjadi gabah kering giling," ujarnya.

Yeka mengatakan, dari hasil temuan tersebut penurunan harga gabah di musim panen raya sangat dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan kandungan kadar air.

"Musim kali ini, produksi beras kita mengalami peningkatan, namun kadar air gabah pun mengalami peningkatan juga. Tidak ada fakta kuat, menghubungkan isu impor terhadap penurunan harga," ujarnya.

Ia melanjutkan, peristiwa mutu gabah turun dimusim penghujan atau musim panen raya adalah situasi yang terus berulang sepanjang tahun. Belum ada upaya yang terintegrasi memecahkan masalah ini dengan baik.

Sepanjang 2017-2020, Kementrian Pertanian telah mengeluarkan APBN senilai Rp 661,7 miliar untuk program pengadaan mesin pengering gabah.

 

"Perlu dievaluasi apakah besaran dukungan APBN untuk pengadaan mesin pengering gabah ini telah memenuhi unsur unsur pelayanan publik, dalam arti petani sasaran apakah mendapatkan layanan dengan adanya bantuan ini? Jika memang program ini memberikan layanan yang baik untuk petani, maka program ini perlu ditingkatkan di masa yang akan datang," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement