EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menyebutkan, kontribusi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap eskpor masih rendah. Kontribusinya baru sekitar 14,37 persen.
Angka itu masih tertinggal bila dibandingkan kontribusi rata-rata pelaku usaha di berbagai negara Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) yang telah menembus 35 persen. Sementara, nilai ekspor Indonesia mencapai 163,31 miliar dolar AS sepanjang 2020.
Nilai tersebut turun sebesar 2,61 persen year on year (yoy). Meski begitu, pemerintah tetap optimis, sebab neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus sebanyak 21,74 miliar dolar AS.
Teten menjelaskan, sebanyak 86 persen eksportir merupakan pelaku berskala usaha besar. Sedangkan pelaku UMKM masih kesulitan menembus pasar ekspor, dikarenakan minimnya pengetahuan tentang pasar luar negeri, kualitas produk, kapasitas produksi, biaya sertifikasi yang tidak murah, sampai masalah logistik.
"Saya kira problem-problem ini sudah lama kita ketahui. Hanya saja kita perlu bergerak mencari solusi terhadap masalah ini. Kolaborasi saya kira bisa mencari solusi dengan cepat terhadap masalah-masalah ini," jelas dia dalam Konferensi 500K Eksportir Baru secara virtual, Senin (19/4).
Ia melanjutkan, salah satu kesulitan UMKM dalam menembus pasar ekspor yakni kenaikan tarif pengiriman barang sebesar 30 persen hingga 40 persen. Kemudian berkurangnya jadwal kapal dan penerbangan internasional akibat pandemi covid-19.
Guna mengatasi masalah tersebut, pemerintah langsung menggandeng PT Garuda Indonesia. Kementerian Koperasi dan UKM juga mendorong para pelaku UMKM supaya berani melakukan ekspor, termasuk memanfaatkan teknologi informasi seperti marketplace.