EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) berupaya meningkatkan penyaluran kredit di tengah pandemi Covid-19. Bank Sentral pun mencari sektor-sektor produktif dan berorientasi ekspor yang membutuhkan pembiayaan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan survei perbankan yang dilakukan bank sentral, bank-bank nasional masih berhati-hati dalam menyalurkan pinjaman. Sedangkan survei kegiatan dunia usaha (SKDU) justru menunjukkan perbaikan pada kuartal pertama dan awal kuartal kedua tahun ini.
"Artinya dunia usahanya sudah mulai bergerak, khususnya yang terkait dengan kegiatan ekspor. Ini karena dari sisi globalnya sangat positif dan memberikan dorongan, khususnya dari sisi ekspornya," ujarnya saat webinar Akurat.co dengan tema 'Menakar Efektivitas Stimulus Ekonomi dalam Mengungkit Perekonomian Masa Pandemi' Selasa (4/5)
Menurutnya pelaku dunia usaha menyebabkan banyak korporasi memanfaatkan kapasitas yang ada. Mereka masih enggan menambah investasi, namun memanfaatkan kapasitas yang masih ada dan longgar.
"Mereka sudah mulai memberikan porsi investasi, capex-nya sudah ditingkatkan dari sisi produksi. Kapasitas utilisasi korporasi cenderung sudah mulai meningkat meskipun tentunya ini masih relatif terbatas dan harapannya semakin memberikan positif dari sisi permintaannya," ungkapnya.
Maka itu, penting bagi bank sentral untuk mempertemukan perbankan dan dunia usaha dalam meningkatkan penyaluran kredit. Dalam hal ini, Bank Indonesia membantu perbankan dan dunia usaha yang sama-sama mengalami kesulitan dalam meningkatkan kinerja bisnis mereka.
"Ini menjadi penting bagaimana kita bisa mempertemukan antara perbankan yang mau mulai lending dengan kegiatan usaha yang sudah mulai membaik. Ini perlu ada semacam jembatan untuk kita bisa memotong asymmetric information, perbankan mau landing tapi tidak tahu ke sektor mana," ucapnya.
Dody menyebutkan prioritas dunia usaha dimaksud merupakan sektor produktif, berkontribusi kepada ekspor, dan mendukung pemulihan ekonomi nasional. Dari sisi lain, sektor prioritas dunia usaha itu membutuhkan pembiayaan di samping insentif fiskal seperti subsidi listrik dan sebagainya.
"Ini yang sekarang dilakukan pemantauan oleh pemerintah, oleh kami, dan tentunya akan terus dibantu melalui insentif-insentif yang ada. Ini dipandang menjadi menarik bagi perekonomian kalau pembiayaan ini dilakukan kepada sektor tersebut," ucapnya.
Sementara Kepala Grup Kebijakan Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Enrico Hariantoro menambahkan saat ini sudah ada tanda-tanda pemulihan ekonomi. Hal ini terlihat dari tingkat restrukturisasi kredit secara year-on-year (yoy) dan month-to-month (mtm) semakin melandai.
“Hal tersebut menunjukkan sebagian dari debitur yang mendapatkan fasilitas tersebut, semakin membaik kondisinya. Kami tentunya tidak ingin restrukturisasi kredit berlangsung berkepanjangan, karena ini juga tidak sehat. Kita tahu ini adalah obat sementara, stimulus sementara, dan nanti pada saatnya kondisi sudah normal semua akan kembali dengan peraturan yang dikondisikan seperti normal,” ungkapnya.
Dia pun menegaskan otoritas selalu berupaya mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN) melalui berbagai kebijakan stimulus lanjutan.
Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun menyebut tren pemulihan ekonomi nasional Indonesia sudah mulai membaik. Hal itu seiring dengan proses vaksinasi yang telah dan terus dilakukan pemerintah kepada masyarakat Indonesia.
"Salah satu penyebab utama dari krisis kita saat ini adalah pandemi, dan pandemi inilah sebenarnya yang harus kita tangani dulu. Saya bersyukur pemerintah dalam perjalanan setahun kita itu menghadapi pandemi ini sudah mulai kelihatan trennya," ucapnya.
Bahkan katanya, sekarang pemerintah melakukan upaya yang sangat serius dalam penanganan pandemi, baik dari sisi kesehatan, sosial, dan ekonomi.
“Konsumsi masyarakat, menurut dia juga mulai naik berkat upaya pemerintah dalam menyalurkan berbagai stimulus, misalnya stimulus bantuan sosial, bidang kesehatan, korporasi, stimulus untuk bidang fiskal perpajakan hingga stimulus transfer daerah dalam program PEN,” ucapnya.