Ia mengakui seringkali orang yang memiliki rencana berwisata yang tidak menduga terjadi kerumunan harus ikut dalam keramaian ini. Oleh karena itu, untuk bisa membatasi pengunjung, Satgas meminta pengelola tempat wisata bisa menjual tiket secara dalam jaringan (daring). Tujuannya, dia melanjutkan, supaya tahu berapa penjualan tiket di hari itu kemudian menghentikan penjualan ketika sudah mencapai batas maksimum 50 persen. Bahkan, ia mengakui ada beberapa kebijakan tempat wisata hanya boleh diisi 30 persen pengunjung.
"Jadi, harus ada adaptasi kebiasaan baru, jangan melakukan kebiasaan yang lama tetapi harapannya bisa mematuhi protokol kesehatan. Kalau menjual tiket di loket maka itu sulit diterapkan karena semua orang datang tanpa ekspektasi ada kerumunan pengunjung," ujarnya.
Tak hanya di tempat wisata ia menyebutkan kerumunan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, sebelum lebaran beberapa waktu lalu juga terjadi karena pengunjung berpikir hari yang baik untuk berbelanja dan tidak ada penumpukan pengunjung. Oleh karena itu, Sonny meminta pengelola tempat-tempat ini memiliki strategi dan upaya untuk adaptasi kebiasaan baru.
"Sehingga, aktivitas usaha bisa berjalan tetapi protokol kesehatan benar-benar dilaksanakan," ujarnya.