Sementara itu pada sesi diskusi muncul berbagai gagasan menarik dari para peserta yang sangat khas anak muda. Antara lain tentang gastrodiplomasi, mempolulerkan pangan lokal yang terintegrasi ke pasar.
Ada juga gagasan tentang desentralisasi produksi pangan tidak terpusat (bukan model food estate, dll) dan memperkuat pangan lokal, keanekaragaman pangan sesuai tradisi setiap wilayah dan dapat dibangun dalam dalam skup provinsi.
Selian itu juga muncul gagasan pentingnya realisiasi reforma agraria dan pembatasan impor, penciptaan pasar inklusif dengan memperkuat UMKM pangan dan BUMDES sebagai market chanel serta gagasan tentang perlunya keterlibatan para pegiat media social alias buzzer untuk mempromosikan pangan lokal nusantara.
Atas hasil diskusi ini, penyelenggara menyampaikan akan merumuskan dan menjadi dokumen usulan dari para anak muda yang terlibat dalam kegiatan ini. Selanjutanya dokumen tersebut akan disampaikan kepada Bappenas yang mewakili Indonesia sebagai national convenor dan ke UNFFS secreratiat.
“Inilah suara anak-anak muda yang akan kami sampaikan ke pemerintah dan UN. Dengan demikian kami berharap suara anak anak muda yang selama ini tidak pernah didengar dapat diperhatikan dan mereka menjadi actor utama untuk mewujudkan sistem pangan yang adil, resilien dan berdaulat” jelas Said.