EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah mengungkapkan strategi dalam menghadapi risiko ketidakpastian pasar keuangan global yang diperkirakan masih akan berlangsung, salah satunya asumsi suku bunga (yield) surat utang negara (SUN) 10 tahun 2022 kisaran 6,32 persen sampai 7,27 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tingkat suku bunga atau yield ditentukan oleh mekanisme pasar. "Asumsi tingkat suku bunga SUN 10 tahun pada 2022 mencerminkan kebutuhan pembiayaan APBN serta risiko ketidakpastian pasar keuangan global yang diperkirakan masih akan berlangsung," ujarnya saat KEM-PPKF RAPBN 2022 seperti dikutip Rabu (2/6).
Dia menekankan salah satu risiko yang harus diwaspadai terhadap tingkat imbal hasil SUN adalah perubahan kebijakan moneter negara maju, khususnya Amerika Serikat, yang didorong oleh pemulihan ekonomi yang cepat serta stimulus fiskal yang besar.
"Kita pernah belajar dari fenomena terdahulu seperti taper tantrum pada 2013, ekspektasi normalisasi kebijakan moneter AS dapat mendorong pembalikan arus modal dari negara berkembang," ucapnya.
Maka itu, pemerintah akan bersinergi dengan otoritas moneter dan jasa keuangan dalam melakukan pemantauan dan mengambil langkah-langkah kebijakan secara antisipatif dan terkoordinasi, salah satu langkah sinergi dengan otoritas lain seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah terkait dengan pendalaman dan pengembangan pasar keuangan.
Sri Mulyani sepakat pasar keuangan domestik yang dalam, aktif, dan likuid sangat diperlukan dalam meningkatkan stabilitas pasar. Hal ini karena akan menurunkan yield SUN. "Pasar keuangan yang dalam, aktif, dan likuid, akan menjadi sumber pembiayaan yang stabil, efisien, dan berkesinambungan. Hal ini akan meminimalkan dampak risiko volatilitas aliran modal investor asing terhadap yield SUN," ucapnya.