Lebih lanjut, Airlangga mengatakan pemerintah akan mendorong industri perunggasan ke dalam klaster dan juga mendorong program-program percontohan. Hal ini untuk mencari solusi dari berbagai tantangan seperti fluktuasi harga terkait jagung dan juga sistem peternakan ayam yang harus segera diselesaikan.
Terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Direktorat Jenderal Petermakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementan, Fini Murfiani menerangkan, sejatinya Ditjen PKH Kementan juga telah mengadakan kampanye konsumsi ayam dan telur ini.
Bahkan, menjadi agenda tahunan dan didukung segenap pelaku usaha yang tergabung dalam banyak wadah organisasi/asosiasi bidang perunggasan. Sebelumnya, kegiatan kampanye ini telah dilakukan di Jakarta dan Bandung dengan membagikan paket ayam dan telur sebanyak 1.000 paket di Jakarta dan 5.000 paket di Bandung.
"Adapun untuk wilayah Bogor, akan dibagikan 1.000 paket ayam dan telur di 5 titik di Kota Bogor," jelas Fini dalam Diskusi Panel soal 'Stabilisasi Suplai Demand Ayam & Telur dan Ketersediaan Jagung sebagai Bahan Baku Pakan'.
Selain itu, ada beberapa strategi stabilisasi perunggasan yang dilakukan oleh Ditjen PKH Kementan. Misalnya, mewajibkan pembibit Grand Parent Stock (GPS) lebih dari 30 ribu ekor untuk menyediakan DOC PS dengan porsi paling banyak 20% dari prodiksi kepada pembibit PS eksternal.
Adapun perlindungan terhadap peternak skala mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan mewajibkan pembibit menyediakan DOC FS dengan porsi paling banyak 50% dari produksi sesuai dengan harga dari Permendag dan SNI.
"Intinya ini semua untuk melindungi dan mensejahterakan peternak, terutama peternak rakyat (UMKM)," tutur Fini.