Pandemi COVID-19 tidak dipungkiri semakin mempercepat pergeseran digital di seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia. Untuk menjaga kesehatan fisiknya, masyarakat kini lebih mengandalkan teknologi dan internet. Bahkan, sebagian besar kegiatan sekolah dan kantor masih dilakukan di rumah, sehingga membuat masyarakat saat ini lebih terhubung dari sebelumnya.
Namun, para pelaku kejahatan siber juga menyadari momentum berharga ini dan terus mencari peluang untuk menargetkan korbannya. Semakin banyak pengguna menjelajah online, semakin besar kesempatan bagi mereka untuk masuk dan meluncurkan upaya berbahaya.
Baca Juga: Hacker Indonesia Serang Israel Sebagai Solidaritas untuk Palestina, Pakar Siber Bilang Begini...
“Dengan lebih dari 70% penduduk Indonesia adalah pengguna internet, sudah tidak diragukan bahwa negara ini dan para penggunanya masih menjadi daya tarik bagi para para penjahat dunia maya. Walaupun teknologi adalah alat yang efektif untuk memajukan kehidupan dan bisnis kita di tengah pandemi, namun kita juga harus mempertimbangkan bahwa ketidakstabilan dan kecemasan yang ditimbulkan oleh situasi ini membuat manusia menjadi target yang rentan terhadap ancaman seperti rekayasa sosial,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky dalam keterangan tertulisnya, Senin (7/6/2021).
Laporan Kaspersky untuk kuartal pertama tahun 2021 menunjukkan bahwa sebanyak 25,7% pengguna komputer di Indonesia hampir terkena serangan berbasis web, dan lebih dari sepertiga (38,3%) menjadi target ancaman lokal.
Tinjauan ancaman triwulanan merujuk pada data dari Kaspersky Security Network (KSN), yaitu infrastruktur terdistribusi kompleks yang didedikasikan untuk memproses aliran data terkait keamanan siber dari jutaan peserta sukarela di seluruh dunia.
Pada periode Januari-Maret 2021, produk Kaspersky mendeteksi dan memblokir sebanyak 9.639.740 ancaman siber berbeda yang ditularkan melalui Internet pada komputer pengguna KSN di Indonesia.
Secara keseluruhan, 25,8% pengguna menjadi sasaran ancaman yang ditransmisikan melalui web selama periode ini. Ini menempatkan Indonesia di posisi ke-56 dunia dalam hal - bahaya yang muncul saat berselancar di web. Ini juga merupakan peningkatan 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan 8.026.877 ancaman terdeteksi di negara ini.
Metode yang paling umum digunakan untuk ancaman web dapat dilakukan dengan beberapa cara, pertama, memanfaatkan kerentanan di browser dan pluginnya (unduhan drive-by). Infeksi dalam jenis serangan ini terjadi saat mengunjungi situs web yang terinfeksi, tanpa intervensi apa pun dari pengguna dan tanpa sepengetahuan mereka.
Dan kedua, menggunakan metode yang paling sederhana dan masih efektif, rekayasa sosial, di mana pengguna harus mengunduh file berbahaya ke komputer mereka. Ini akan melibatkan sisi psikologis pengguna dan para pelaku kejahatan siber berperan untuk membuat korban percaya bahwa mereka mengunduh file program yang sah.
Penggunaan statistik infeksi lokal untuk komputer pengguna merupakan indikator kesadaran keamanan siber yang sangat penting, karena jumlah worm dan file virus yang muncul adalah penyebab insiden gegabah tersebut. Data Kaspersky berikut menunjukkan seberapa sering pengguna menjadi sasaran penyebaran malware melalui drive USB, CD dan DVD yang dapat dilepas, dan metode "offline" lainnya.
Kuartal pertama tahun ini, produk Kaspersky mendeteksi sebanyak 23.594.930 insiden lokal di komputer partisipan KSN di Indonesia. Secara keseluruhan, 27,7% pengguna di Indonesia hampir terinfeksi oleh ancaman lokal selama periode tersebut. Ini merupakan penurunan 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan 28.885.114 insiden.
“Indonesia memiliki potensi besar untuk pertumbuhan di masa depan dengan pembangunan infrastruktur dan adaptas teknologinya. Sektor publik juga kini turut melibatkan diri dalam perencanaan kami untuk meningkatkan kemampuan keamanan siber negara,” tambah Dony Koesmandarin, Territory Manager untuk Indonesia di Kaspersky.