EKBIS.CO, SOLO -- Bank Indonesia (BI) Solo bersama Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali memberikan pelatihan teknologi pertanian kepada para petani bawang putih dari Kabupaten Boyolali dan Karanganyar, Jawa Tengah. Kegiatan capacity building untuk kelompok petani anggota klaster bawang putih tersebut dilaksanakan di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Senin (14/6).
Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo mengatakan, pelatihan difokuskan untuk penerapan Good Agricultural Practices (GAP), teknologi pertanian dengan perlakuan ultrafine bubbles, dan teknologi penyinaran lampu ultraviolet untuk budidaya bawang putih.
Kegiatan tersebut melibatkan pakar teknologi ultrafine bubbles dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan inovator penyinaran ultraviolet tenaga surya untuk lahan pertanian bawang putih dari Universitas Brawijaya (UB) Malang.
Capacity building ini akan dilanjutkan dengan pembuatan demonstration plo (demplot uji) coba perlakuan teknologi ultrafine bubbles sebagai media pembelajaran bagi kelompok tani. Selain itu, peserta juga akan mempraktikkan teknologi penyinaran lampu ultraviolet untuk meningkatkan produktivitas bawang putih.
"Salah satu kendala budidaya bawang putih berupa produksi umbi benih bawang putih yang memerlukan masa dormansi relatif lama yaitu 5-6 bulan," kata Nugroho seperti tertulis dalam siaran pers.
Masa dormansi yang relatif lama tersebut menyebabkan banyak petani enggan membudidayakan bawang putih. Kebanyakan petani langsung menjual hasil panen bawang putih sebagai bawang konsumsi bukan sebagai bibit yang nilai ekonomisnya jauh lebih tinggi.
Kondisi tersebut menyebabkan stok bibit bawang putih lokal berkualitas menjadi langka saat musim tanam tiba. Sehingga tidak sedikit petani bawang butih kesulitan mendapatkan bibit yang berkualitas.
Selain itu, lokasi penanaman bawang putih dengan topografi daerah pegunungan menyebabkan seringnya awan dan kabut frost turun ke lahan. Kondisi ini menyebabkan intensitas penyinaran matahari berkurang sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis tanaman menjadi tidak optimal. Akibatnya pertumbuhan vegetatif maupun pertumbuhan generatif tanaman tidak terhambat yang akan berdampak pada pertumbuhan umbi tidak maksimal.