EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) bersinergi dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) (PPA). Hal itu ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) tentang Kerja Sama dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Produk Baja maupun bentuk kerja sama lainnya yang potensial antara KRAS dan PPA.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menyampaikan, kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat industri manufaktur dan infrastruktur yang di dalamnya membutuhkan produk baja maupun produk turunannya di Indonesia. Tentunya dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
Kerja sama ini akan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada BUMN-BUMN di klaster manufaktur dalam menjaminan pemenuhan kebutuhan baja yang berkesinambungan. "Baik untuk kepentingan bisnisnya maupun untuk proyek-proyek infrastruktur yang dijalankan oleh pemerintah dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi nasional," ungkap Silmy dalam siaran persnya, Rabu (16/6).
Silmy menambahkan, Krakatau Steel sangat berterimakasih kepada PPA yang sudah menjadi jembatan antara Krakatau Steel dengan industri pengguna baja. Kemitraan dengan PPA merupakan salah satu pendorong dalam pengembangan bisnis baja Krakatau Steel. Yang pada ujungnya akan membantu penguatan industri baja nasional dan percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Sejalan dengan itu, Direktur Utama PPA Yadi Jaya Ruchandi mengatakan, sinergi dengan Krakatau Steel merupakan bagian penting dari upaya bersama untuk memperkuat ekosistem BUMN. Menurut Yadi, keunggulan dari masing-masing perusahaan dapat menciptakan nilai dan manfaat yang lebih besar bagi para stakeholders, tentunya dengan berlandaskan tata nilai Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif (AKHLAK).
Melalui kerja sama ini, PPA akan menjadi sentra pengadaan untuk BUMN manufaktur dalam Klaster Danareksa-PPA. Sehingga PPA dapat memberikan akses suplai bahan baku baja dengan harga terbaik dan proses yang efisien.
Yadi melanjutkan, PPA akan menjadi center of procurement yang menjamin ketersediaan bahan baku baja kepada BUMN manufaktur. Pada tahap awal, volume kebutuhan baja dari BUMN manufaktur di PT PPA mencapai 15.000 ton.
"Pada tahun-tahun ke depan diharapkan akan bertambah signifikan," kata Yadi.