EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menegaskan komitmen Indonesia menuju netral karbon di hadapan Menteri Lingkungan Hidup Ceko Richard Brabec yang saat itu sedang berkunjung ke Tanah Air.
"Indonesia berkomitmen melakukan transisi pembangunan menuju rendah karbon dan ketahanan iklim secara bertahap guna mencapai target pengurangan emisi sebesar 29 persen pada tahun 2030 atau 41 persen dengan dukungan internasional," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam keterangannya di Jakarta, Senin (21/6), lalu.
Menteri ESDM memaparkan tentang strategi jangka panjang mengenai penurunan emisi gas rumah kaca di sektor energi untuk mencapai netralitas karbon di Indonesia. Menurutnya, netralitas karbon dapat dicapai melalui pengembangan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) secara masif, interkoneksi transmisi dan pengembangan sistem smart grid, penurunan penggunaan energi fosil, dan penerapan teknologi energi bersih pada pembangkit listrik berbasis energi fosil yang ada, serta pengembangan kendaraan listrik.
Kontribusi EBT saat ini telah mencapai 11,2 persen yang didominasi pembangkit listrik tenaga air dan pembangkit listrik tenaga panas bumi. Pemerintah juga tengah menyusun Grand Strategi Energi Nasional dengan menetapkan penambahan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan sekitar 38 Giga Watt (GW) pada 2035.
"Solar PV jadi prioritas mengingat biaya investasi yang relatif lebih murah, durasi instalasi yang singkat, serta memiliki potensi sumber yang besar," kata Menteri Arifin.
Indonesia diberkati lebih dari 400 GW potensi EBT yang tersebar di seluruh negeri dengan rincian matahari sekitar 208 GW, air 75 GW, sumber lainnya berasal dari angin, bioenergi, panas bumi dan laut. Untuk itu Pemerintah Indonesia bersedia bertukar pengalaman dengan Republik Ceko dalam dalam hal percepatan phasing out batu bara dalam penyediaan energi, pembangkit listrik tenaga air, waste to energy, biofuel, teknologi CCUS, smart grid, dan lain-lain.
Dalam pertemuan tersebut Menteri Lingkungan Hidup Ceko Richard Brabec menawarkan kerja sama terkait teknologi pertambangan yang berkelanjutan dan dekarbonisasi penyediaan energi. Pihaknya juga menyampaikan pengalaman dan keahlian Ceko dalam survei dan pemetaan geologi.
Richard menyampaikan Ceko dan Indonesia memiliki kesamaan dalam menghadapi tantangan di bidang penyediaan energi terkhusus netralitas karbon. Pada tahun 1990-an, penyediaan energi Ceko hampir seluruhnya dipenuhi dari batu bara, namun dengan adanya komitmen global, Ceko akan menurunkan emisi sebesar 38 persen dari sektor energi pada 2030.
Dalam kunjungan itu beberapa perusahaan Ceko yang ikut hadir juga menyampaikan potensi kerja sama di bidang energi dan industri penunjang, antara lain pembentukan joint venture untuk industri solar photovoltaic di Indonesia.