Rabu 14 Jul 2021 06:24 WIB

Bagaimana Sih Konsep dan Pengertian Wisata Halal?

Wisata halal masih sering dipahami secara keliru oleh sebagian publik.

Rep: Lida Puspaningtyas/Imas Damayanti/Nashih Nasrulloh/ Red: Elba Damhuri
Destinasi Wisata Halal: Jamaah berada di pelataran Masjid Al-Hakim di Pantai Padang, Sumatera Barat, Jumat (4/9/2020). Masjid Al-Hakim yang dibangun sejak tahun 2017 dengan gaya Taj Mahal itu kini sudah bisa digunakan untuk umum sebagai tempat ibadah yang representatif di Pantai Padang sekaligus ikon wisata halal di kota itu.
Foto:

Wisata Halal Bukan Islamisasi atau Arabisasi

Perkembangan pariwisata halal bukan hanya dikembangkan oleh negara-negara Muslim di dunia. Banyak negara non-Muslim turut serta mengembangkan potensi halal guna menggaet pengunjung Muslim ke negaranya. Sehingga istilah Islamisasi pada wisata halal dinilai tidak tepat.

Ketua Umum Perkumpulan Pariwisata Halal (PPHI) Riyanto Sofyan menyatakan pariwisata halal merupakan brand internasional yang menyasar para wisatawan Muslim di seluruh dunia. Mengaitkan pariwisata Halal dengan Islamisasi maupun Arabisasi merupakan hal yang cenderung rasis. Sebab, wisata halal merupakan kebutuhan global dan berpotensi besar mendatangkan devisa bagi negara.

Istilah pariwisata halal justru banyak digunakan oleh negara-negara yang mayoritas non-Muslim. Tujuannya, untuk mendatangkan wisatawan Muslim mancanegara, seperti warga Malaysia, Singapura, Timur Tengah, Eropa, Amerika, Australia. 

Hal itu dilakukan agar wisatawan Muslim tetap nyaman berwisata dan tidak melanggar larangan agama, terutama saat makan dan minum.

Pariwisata halal, menurut Riyanto, dilengkapi dengan fasilitas untuk ibadah, seperti mushala, tempat wudhu, arah kiblat, dan berbagai fasilitas penunjang wisata bagi kaum Muslim saat melancong ke suatu tempat. 

Kata halal sendiri berasal dari bahasa Arab, dan kata itu berlaku di seluruh dunia. Bahkan, kata dia, saat ini Jepang, Korea, Thailand, Filipina, tengah gencar mengkampanyekan makanan halal sebagai gaya hidup berwisata. Jadi ini semacam extended services and facilities for Muslim travelers. 

Kata halal juga mirip dengan branding vegetarian untuk wisatawan asal India. Karenanya, istilah halal tersebut sudah merupakan Branding bagi kebutuhan wisatawan Muslim di waktu berwisata.

Pasar Wisata Halal Besar dan Luas

Potensi wisatawan Muslim cukup besar. Misalnya, Muslim yang berasal dari kawasan Timur Tengah, Malaysia, dan Singapura jika diakumulatifkan sama dengan jumlah wisatawan yang berasal dari China.

Bahkan, jauh lebih besar baik dari segi jumlah Outbond Tourist-nya maupun pengeluarannya selama berwisata.

Jadi, wisata halal bukan sekadar ceruk pasar baru akan tetapi sudah merupakan pasar utama sumber wisatawan mancanegara yang bisa dikembangkan. Indonesia sejatinya juga ingin mengambil segmen pasar ini yang belum digarap secara optimal guna mendatangkan lebih banyak devisa.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement