Wisata Halal Bukan Islamisasi atau Arabisasi
Perkembangan pariwisata halal bukan hanya dikembangkan oleh negara-negara Muslim di dunia. Banyak negara non-Muslim turut serta mengembangkan potensi halal guna menggaet pengunjung Muslim ke negaranya. Sehingga istilah Islamisasi pada wisata halal dinilai tidak tepat.
Ketua Umum Perkumpulan Pariwisata Halal (PPHI) Riyanto Sofyan menyatakan pariwisata halal merupakan brand internasional yang menyasar para wisatawan Muslim di seluruh dunia. Mengaitkan pariwisata Halal dengan Islamisasi maupun Arabisasi merupakan hal yang cenderung rasis. Sebab, wisata halal merupakan kebutuhan global dan berpotensi besar mendatangkan devisa bagi negara.
Istilah pariwisata halal justru banyak digunakan oleh negara-negara yang mayoritas non-Muslim. Tujuannya, untuk mendatangkan wisatawan Muslim mancanegara, seperti warga Malaysia, Singapura, Timur Tengah, Eropa, Amerika, Australia.
Hal itu dilakukan agar wisatawan Muslim tetap nyaman berwisata dan tidak melanggar larangan agama, terutama saat makan dan minum.
Pariwisata halal, menurut Riyanto, dilengkapi dengan fasilitas untuk ibadah, seperti mushala, tempat wudhu, arah kiblat, dan berbagai fasilitas penunjang wisata bagi kaum Muslim saat melancong ke suatu tempat.
Kata halal sendiri berasal dari bahasa Arab, dan kata itu berlaku di seluruh dunia. Bahkan, kata dia, saat ini Jepang, Korea, Thailand, Filipina, tengah gencar mengkampanyekan makanan halal sebagai gaya hidup berwisata. Jadi ini semacam extended services and facilities for Muslim travelers.
Kata halal juga mirip dengan branding vegetarian untuk wisatawan asal India. Karenanya, istilah halal tersebut sudah merupakan Branding bagi kebutuhan wisatawan Muslim di waktu berwisata.
Pasar Wisata Halal Besar dan Luas
Potensi wisatawan Muslim cukup besar. Misalnya, Muslim yang berasal dari kawasan Timur Tengah, Malaysia, dan Singapura jika diakumulatifkan sama dengan jumlah wisatawan yang berasal dari China.
Bahkan, jauh lebih besar baik dari segi jumlah Outbond Tourist-nya maupun pengeluarannya selama berwisata.
Jadi, wisata halal bukan sekadar ceruk pasar baru akan tetapi sudah merupakan pasar utama sumber wisatawan mancanegara yang bisa dikembangkan. Indonesia sejatinya juga ingin mengambil segmen pasar ini yang belum digarap secara optimal guna mendatangkan lebih banyak devisa.