EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank BTPN Syariah Tbk atau BTPN Syariah membukukan kinerja yang positif pada pada kuartal II 2021. Hal tersebut tecermin dari perolehan laba bersih yang tumbuh hingga 89 persen (year on year/yoy) dari Rp 507 miliar pada kuartal II tahun lalu menjadi Rp 770 miliar pada tahun ini.
Emiten dengan kode saham BTPS ini juga telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 10,05 triliun. Penyaluran tersebut tumbuh sebesar 15 persen (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar Rp 8,74 triliun.
Direktur Utama BTPN Syariah, Hadi Wibowo, mengatakan, pertumbuhan di saat pandemi ini tetap mengedepankan kualitas pembiayaan yang sehat dengan menjaga tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) di posisi 2,4 persen. "Selama masa penuh tantangan ini, nasabah pembiayaan benar-benar dijaga untuk tetap terhubung dengan bank," kata Hadi melalui siaran pers, Rabu (28/7).
Di sisi lain, Hadi menyampaikan, BTPS juga akan terus mengembangkan berbagai inovasi teknologi agar nasabah di segmen ini lebih efektif dalam bertransaksi, dengan menyesuaikan kemampuan beradaptasi mereka. BTPS telah menyiapkan aplikasi teknologi yang mengoptimalkan peran nasabah inspiratif BTPN Syariah. Nasabah dapat memperkenalkan dan membawa layanan perbankan dalam ekosistem terdekat mereka.
BTPS juga telah mengoptimalkan proses automasi pelayanan. Hadi menyebut, seluruh tim di lapangan telah menggunakan aplikasi termutakhir dalam melayani nasabah prasejahtera produktif. Upaya ini untuk mendukung produktivitas para tim di lapangan dalam melayani nasabah menjadi lebih cepat dan tepat.
Automasi layanan, lanjut Hadi, juga menjadi ikhtiar kami dalam mengedukasi nasabah BTPS untuk beradaptasi dengan teknologi. Dengan demikian, di masa mendatang, mereka dapat membangun ekosistem digital dengan prinsip syariah khusus untuk masyarakat inklusif.
"Ini yang menjadi aspirasi kami", ujar Hadi.
Sampai akhir Juni 2021, BTPS masih memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang kuat di posisi 52 persen, jauh di atas rata-rata industri. Total aset tumbuh 14 persen (yoy) menjadi Rp 17,41 triliun dari Rp 15,27 triliun. Dana pihak ketiga tumbuh 12 persen (yoy) menjadi Rp 10,61 triliun dari Rp 9,46 triliun.