Jumat 13 Aug 2021 12:12 WIB

Jalan Panjang Integrasi Pelabuhan Indonesia

Integrasi ini menjadikan Pelindo nantinya menjadi operator pelabuhan terbesar ke 8.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Sebuah kapal kargo bersandar di Pelabuhan Peti Kemas Makassar yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV (Persero) di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (14/7/2021). PT Pelindo IV (Persero) mencatat realisasi arus kunjungan kapal di wilayah kerjanya pada Triwulan I 2021 sebanyak 19.438 call atau meningkat 7,79 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebanyak 18.033 call.
Foto: ANTARA/ARNAS PADDA
Sebuah kapal kargo bersandar di Pelabuhan Peti Kemas Makassar yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV (Persero) di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (14/7/2021). PT Pelindo IV (Persero) mencatat realisasi arus kunjungan kapal di wilayah kerjanya pada Triwulan I 2021 sebanyak 19.438 call atau meningkat 7,79 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebanyak 18.033 call.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Tingginya biaya logistik kerap kali disebut sebagai pengganjal laju investasi di Tanah Air. Pernyataan ini bukan tanpa dasar. Pemerintah mencatat rapor merah logistic performance index Indonesia teranyar, hasil penilaian pada 2018, yang berada di peringkat ke-46.

Performa logistik Indonesia masih berada di bawah Singapura yang berada di peringkat 7, China di peringkat 26, Thailand di peringkat 32, Vietnam di peringkat 39, Malaysia peringkat 41, dan India peringkat 44.

 

Presiden Joko Widodo dalam sebuah rapat terbatas di Istana pada 2020 lalu sempat menyinggung hal ini. Urusan sulitnya industri logistik nasional untuk berkembang, menurut presiden, sudah menjadi perhatiannya sejak awal memimpin pemerintahan pada 2014. Menurutnya Indonesia perlu sebuah peta jalan logistik nasional yang lebih efisien. 

 

Dalam sebuah dialog dengan nelayan di Ambon pada Maret 2021, Presiden Jokowi juga mendapat curhat -an mengenai tingginya biaya logistik. Dalam kunjungan kerja presiden di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon saat itu, Kuntoro Alfred Kusno, salah satu pengusaha perikanan mengeluhkan mahalnya ongkos logistik untuk melakukan uji mutu terhadap hasil perikanan. 

 

Iklim logistik nasional punya peran penting dalam menarik minat investasi. Pasalnya, logistik juga berpengaruh terhadap kinerja trading across borders yang pada akhirnya juga memengaruhi ease of doing business atau kemudahan berbisnis. Presiden menilai salah satu kunci dari seretnya laju investasi ke dalam negeri adalah perbaikan ekosistem logistik nasional. 

 

Presiden bahkan mengungkapkan, biaya logistik Indonesia masih lebih tinggi ketimbang lima negara ASEAN lainnya. Hal ini disebabkan operasi dan infrastruktur pelabuhan yang belum optimal. 

 

Biaya logistik nasional masih bertengger di kisaran 24 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau setara Rp 3.560 triliun. Angka yang tentu saja tidak kecil. Bagi sebuah bisnis, tingginya biaya transportasi membuat biaya inventori ikut membengkak. 

 

Bagaimana solusinya? Kembali lagi, perbaikan ekosistem logistik nasional. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement