Di sisi lain, Setijadi menganggap integrasi pelabuhan justru dapat menjadi peluang di saat Indonesia tengah ditempa pandemi Covid-19. Meskipun bukan hal yang mudah, integrasi pelabuhan dapat memberikan dampak yang positif dikala terjadinya penurunan aktivitas perekonomian termasuk aktivitas pelabuhan.
Sementara itu, Ketua Organizing Committee (OC) Integrasi Pelindo sekaligus Direktur Utama PT Pelindo II Arif Suhartono menuturkan meskipun ada sejumlah tantangan, namun ia bersyukur proses integrasi tersebut mendapatkan dukungan penuh. "Proses integrasi Pelindo ini mendapatkan dukungan penuh dari serikat pekerja dan seluruh karyawan Pelindo I hingga IV," kata Arif kepada Republika, Ahad (22/8).
Sejauh ini, Arif merasa tantangannya lebih kepada masalah waktu. Arif menuturkan, merger pelabuhan tersebut dilakukan saat Indonesia masih menghadapi pandemi Covid-19 yang berarti harus menghadapi segala keterbatasan.
Meskipun begitu, Arif tak kehilangan semangat demi meniti visi utama mengefisiensikan logistik Indonesia. Arif akan mengupayakan bersama pihak lainnya untuk menyelesaikan integrasi Pelindo sesuai dengan timeline.
"Tapi sejauh ini tantangan itu bisa diselesaikan dengan teknologi seperti meeting, koordinasi, dan sosialisasi yang dilakukan secara daring," jelas Arif.
Arif yakin, pengelompokan klaster-klaster bisnis nantinya akan meningkatkan kapabilitas dan keahlian. Hal tersebut pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan melalui kualitas layanan yang lebih baik dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya keuangan, aset, serta SDM.
Menguatkan Pelindo menjadi kunci
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menyimpan tujuan besar dalam rencana mengintegrasikan Pelindo I-IV. Erick menyebutkan akan menggabungkan Pelindo menjadi satu kekuatan.
"Nanti peti kemas Pelindo akan menjadi nomor sembilan di dunia secara kapasitas. Ini belum pernah terjadi dan akan terjadi tahun ini yang selama 20 tahun terakhir macet," kata Erick dalam live Instagram, Rabu (11/8).
Erick menyebut infrastruktur menjadi kunci dalam menurunkan biaya logistik. Saat ini, biaya logistik Indonesia saat ini masih bertengger pada angka 23 persen. Angka tersebut menunjukkan, biaya logistik Indonesia masih 11 persen lebih mahal dari rata-rata biaya logistik dunia yang hanya 13 persen.
Sementara itu, Founder Rumah Perubahan, Rhenald Kasali mengungkapkan dalam menjaga rantai distribusi logistik untuk kemajuan ekonomi suatu negara diperlukan terobosan melalui integrasi antar perusahaan. Rhenald yakin, integrasi Pelindo nantinya tidak hanya akan meningkatkan pelayanan di seluruh wilayah kerja namun juga berpeluang menjadikan sebuah kekuatan besar di dunia logistik.
"Pelindo harus berjuang untuk bersatu agar tidak ketinggalan dan integrasi akan menjadi bekal menghadapi kompetisi di masa depan," ujar Rhenald dalam sebuah diskusi daring.