EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah menyebut pertumbuhan ekonomi masih dibayangi berbagai risiko dan ketidakpastian. Hal ini salah satunya terlihat dari kepemilikan surat berharga negara (SBN) masih didominasi oleh perbankan dan Bank Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kepemilikan SBN pada perbankan naik dari 20 persen menjadi 25 persen, sedangkan kepemilikan SBN pada Bank Indonesia juga naik dari 10 persen menjadi 22,9 persen. Kemudian kepemilikan asing turun dari 38 persen menjadi 22 persen.
“Ini berarti kondisi ekonomi belum sepenuhnya normal karena bank masih banyak letakkan dana masyarakat pada surat berharga negara,” ujarnya saat konferensi pers APBN KiTA secara virtual, Rabu (25/8).
Kendati demikian, menurutnya, memasuki 2021, ada optimisme terjadi rebound ekonomi membaik di negara-negara ASEAN maupun G-20. Hal ini terlihat pada data ekonomi kuartal II 2021.
“Momentum baik ini ditunjukkan dengan tren positif berbagai indikator berlanjut hingga Juli 2021, salah satunya PMI manufaktur Juli 2021 tumbuh solid 55,4 yang didukung kuatnya kinerja di Amerika Serikat (AS) dan Eropa,” ungkapnya.
Menurutnya PMI global mengalami ekspansi 13 bulan berturut-turut."Ini sesuatu yang positif. Aktivitas perdagangan juga berjalan kuat, Baltic Dry Index Juli berada di level tinggi seiring perluasan reopening, khususnya di negara maju," ucapnya.
Sri Mulyani menyebut momentum positif lain juga ditunjukkan harga komoditas yang masih dalam tren naik, termasuk komoditas unggulan Indonesia seperti batubara, nikel, dan CPO.
"Ini hal positif yang memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia,dan ini juga merupakan tren positif bagi ekonomi dunia," ucapnya.