EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah menyebut sejumlah negara sudah mengalami pertumbuhan yang positif pada tahun ini. Tercatat pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN diperkirakan tumbuh 4,3 persen dan meningkat menjadi 6,3 persen pada 2022.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan negara-negara berkembang dan Asia diperkirakan tumbuh 7,5 persen tahun ini dan 6,4 persen pada tahun depan.
"Berbagai negara punya reborn perekonomian tahun 2021 yang tinggi. Di ASEAN bisa tumbuh 4,3 persen dan tahun depan tumbuh lagi menjadi 6,3 persen," ujarnya saat webinar Kongres ISEI XXI dan Seminar Nasional 2021, Selasa (31/8).
Bendahara negara ini melanjutkan saat ini pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat juga mengalami perbaikan tumbuh tujuh persen. Hanya saja pertumbuhan ini harus kembali dikalibrasi dengan potensi penyebaran virus Covid-19 varian baru.
"Tapi ini harus dikalibrasi dengan (adanya potensi) varian baru (yang muncul)," kata dia.
Sepanjang 2020, kata Sri Mulyani, semua negara menghadapi syok dan kontraksi yang dalam karena menerapkan pembatasan manusia demi menekan penyebaran. Bahkan banyak negara memutuskan untuk mengunci wilayahnya (lockdown), sehingga pertumbuhan perekonomian anjlok.
Baca juga : Mendagri Tegur 10 Kepala Daerah Belum Bayar Insentif Nakes
"Banyak negara yang menerapkan lockdown dan ekonomi merosot dengan tajam. Tahun lalu dunia kontraksi hingga minus 3,2 persen dari sisi pertumbuhan," kata dia.
Dari sisi produk domestik bruto (PDB)pada kuartal II 2021 telah melebihi capaian sebelum terjadi pandemi Covid-19 kuartal II 2019.
"Sebelum Covid-19 GDP Indonesia sebesar Rp 2.735 triwulan pada kuartal II 2019 dan kuartal II 2021 sudah mencapai Rp 2.773 triwulan. Ini angka yang lebih tinggi dari sebelum krisis," kata Sri Mulyani.
Menurutnya capaian ini juga meningkat dibandingkan perolehan pada kuartal II 2020 sebesar Rp 2.590 triliun atau lebih rendah dari capaian pada kuartal II 2019.
"Ekonomi kita sempat merosot pada kuartal II 2020 sehingga GDP kita terkontraksi menjadi Rp 2.590 triliun," kata dia.
Lebih lanjut Sri Mulyani melanjutkan berbagai negara yang mengalami kontraksi ekonomi tidak sepenuhnya bisa mengalami fase pertumbuhan cepat. Terbukti Malaysia, Filipina dan Singapura capaian GDP masih belum melewati fase sebelum Covid-19.
“Kondisi ini berbeda dengan Amerika Serikat yang GDP-nya sudah berhasil melewati masa sebelum Covid-19. Hal ini didorong dengan kemampuan fiskal yang dimilikinya,” ucapnya.