Selasa 14 Sep 2021 14:06 WIB

Bank Dunia Perdiksi 200 Juta Orang Migrasi Akibat Iklim

Perubahan iklim menyebabkan berbagai dampak yang mengharuskan orang berpindah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Perubahan iklim (Ilustrasi)
Foto:

Afrika Utara diperkirakan memiliki proporsi migran iklim terbesar. Sebanyak 19 juta orang  diperkirakan berpindah, atau setara dengan sekitar sembilan persen dari populasinya. Dugaan ini dapat terjadi terutama karena meningkatnya kelangkaan air di Tunisia timur laut, Aljazair barat laut, Maroko barat dan selatan, serta kaki bukit Atlas tengah.

Sedangkan Asia Selatan, Bangladesh sangat terpengaruh oleh banjir dan gagal panen. Terhitung hampir setengah dari migran iklim yang diprediksi, dengan 19,9 juta orang, termasuk peningkatan jumlah perempuan, pindah pada 2050 di bawah skenario pesimistis.

"Ini adalah realitas kemanusiaan kami sekarang dan kami khawatir ini akan menjadi lebih buruk, di mana kerentanan lebih akut,” kata direktur Pusat Iklim Bulan Sabit Merah Palang Merah Internasional, Prof. Maarten van Aalst, yang tidak terlibat dengan laporan.

Banyak ilmuwan mengatakan dunia tidak lagi berada di jalur skenario terburuk untuk emisi. Namun, bahkan di bawah skenario yang lebih moderat, van Aalst mengatakan, banyak dampak sekarang terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Pengaruh perubahan iklim terhadap migrasi bukanlah hal baru. Namun, penelitian ini merupakan bagian dari kombinasi faktor yang mendorong orang untuk pindah dan bertindak sebagai pengganda ancaman. Orang-orang yang terkena dampak konflik dan ketidaksetaraan juga lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim karena mereka memiliki sarana yang terbatas untuk beradaptasi.

Baca juga : Pajero Indonesia One dan Soal Stigma Sosial

"Secara global kita tahu bahwa tiga dari empat orang yang pindah tinggal di dalam negara," kata spesialis lingkungan utama di Bank Dunia dan rekan penulis laporan, Dr. Kanta Kumari Rigaud.

Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa titik panas migrasi dapat muncul dalam dekade berikutnya dan meningkat pada 2050. Perencanaan diperlukan baik di daerah orang akan pindah dan di daerah yang mereka tinggalkan untuk membantu kelompok yang tetap tinggal.

Beberapa tindakan yang direkomendasikan adalah mencapai emisi nol bersih pada pertengahan abad untuk memiliki kesempatan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. Kemudian berinvestasi dalam pembangunan yang hijau, tangguh, dan inklusif, sejalan dengan Perjanjian Paris.

Clement dan Rigaud memperingatkan bahwa skenario terburuk masih masuk akal jika tindakan kolektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan berinvestasi dalam pembangunan tidak segera diambil, terutama dalam dekade berikutnya. Laporan tersebut pun tidak melihat dampak jangka pendek dari perubahan iklim, seperti efek dari peristiwa cuaca ekstrem. Laporan pun tidak melihat migrasi iklim lintas batas.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement