Menurut Karin, salah satu pada tahun lalu modal diberikan pada pengusaha batik yang kemudian menggunakan dana itu untuk mengembangkan usahanya dengan membeli bahan, alat dan menambah karyawan.
"Ada juga yang malah menggunakan uang itu untuk membina komunitas difabel lainnya," kata Karin.
Tidak hanya dari segi berbisnis, manfaat lain dari program ini yaitu menimbulkan kepercayaan diri bagi para difabel untuk dapat memasarkan produknya ke masyarakat yang lebih luas, terbuka untuk dikunjungi hingga presentasi ke pejabat pemerintah daerah.
"Tahun ini kami masih melakukan tahap mentoring 20 peserta hingga bulan Oktober dan pada bulan November kami berikan modal usaha pada peserta," ujar Karin.
Tidak hanya untuk masyarakat difabel, Allianz Indonesia juga membantu pelaku UMKM untuk go digital. Bersama Habitat for Humanity Indonesia dan GoFood, Allianz Peduli mengadakan pelatihan Online Digital Marketing selama dua hari untuk membantu pelaku usaha mikro bertahan di masa pandemi ini.
Kegiatan ini diikuti 100 peserta berasal dari DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Pelatihan ini diharapkan dapat menjadi terobosan para pelaku usaha mikro untuk mengembangkan usahanya di tahun 2021 ini.
Selain melaksanakan program pemberdayaan ekonomi, di pilar pendidilan, Allianz melaksanakan program literasi keuangan, terutama pengelolaan keuangan dan pentingnya proteksi asuransi. Di masa pandemi program dilaksanakan secara online agar tetap bisa diakses masyarakat.
Di pilar kesehatan, Allianz menjalankan program dukungan psikososial untuk para tenaga kesehatan dan keluarga mereka. "Jadi nakes dan keluarganya dapat mengakses layanan konseling secara online, gratis, melalui akses yang kami berikan ke mereka," kata Karin.
Allianz juga berkolaborasi dengan Halodoc untuk melakukan percepatan vaksin di 7 lokasi di Indonesia. Hingga Agustus program ini telah memberikan 209 ribu akseptor untuk vaksinasi Covid-19.
Kemudian dalam pilar lingkungan hidup dan bencana, Allianz dalam inisiatif World Cleanup Day 2021 (WCD), melakukan serangkaian kegiatan mulai dari penanaman 2.000 pohon mangrove di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, pemberdayaan komunitas lokal hingga melibatkan masyarakat untuk berdonasi penanaman mangrove.