Sabtu 25 Sep 2021 19:31 WIB

Upaya Dongkrak Produktivitas Beras dengan Padi Hibrida

Padi hibrida bisa membantu meningkatkan produkvitas beras petani

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nashih Nashrullah
Padi hibrida bisa membantu meningkatkan produkvitas beras petani. Tanaman padi (ilustrasi)
Foto:

Pertama, setiap varietas beras menghasilkan tekstur beras tertentu, dan petani menanggapi beragam preferensi konsumen terhadap beras dalam penggunaan varietas tersebut. Krishnamurti dan Biru (2019) memberikan gambaran tentang bagaimana tekstur yang disukai orang Jawa dibandingkan dengan orang Sumatra, orang-orang di Kalimantan, dan bagian lain nusantara. 

“Ciherang, misalnya, menghasilkan nasi pulen yang merupakan preferensi orang Jawa. Dengan Jawa menjadi kelompok etnis yang dominan dan dengan demikian segmen konsumen yang besar, banyak petani yang mungkin melayani selera Jawa dengan menanam Ciherang,” terang Aditya. 

Selanjutnya, usaha tani padi tampaknya dipengaruhi budaya atau kebiasaan petani. Beberapa petani secara budaya merasa berkewajiban untuk melestarikan varietas lokal, secara intuitif mengikuti contoh nenek moyang mereka dengan menanam benih yang sama dari generasi ke generasi, atau setidaknya enggan mencoba metode baru. 

“Hal ini sangat kontras dengan jagung, di mana benih hibrida merupakan 80-90 persen dari varietas yang dibudidayakan di Indonesia (Syahruddin et al., 2020). 

Jagung telah beralih dari bahan makanan pokok ke bahan baku industri, dan penggunaan jagung untuk industri dapat menjelaskan mengapa pasar benih jagung hibrida lebih mudah dikembangkan,” tambahnya. 

Untuk memaksimalkan potensi padi hibrida, ada beberapa hal yang direkomendasikan CIPS. Yang pertama adalah perlu memasukkan padi hibrida ke dalam prioritas perencanaan pembangunan pertanian. 

Padi hibrida memang belum dimasukkan ke dalam program utama yang terkait dengan perencanaan pembangunan pertanian dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/RPJMN. 

Riset dan pengembangan benih padi hibrida juga perlu ditingkatkan, walaupun hal ini sangat bergantung pada keahlian teknis yang tersedia di Indonesia. Pengembangan padi hibrida di Indonesia saat ini juga terkendala oleh rendahnya jumlah pakar dan penangkar yang mampu mengembangkan varietas baru. 

Agar impor benih dapat digantikan secara berkelanjutan, program pembangunan manusia perlu dilakukan secara bekerjasama dengan berbagai universitas. 

 

“Pendirian pusat penelitian di berbagai daerah di Indonesia akan memungkinkan pengembangan varietas yang sesuai dengan preferensi konsumen tertentu serta iklim dan kondisi tanah di daerah-daerah yang berpotensi menjadi sentra produksi beras dari benih hibrida,” kata Aditya.   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement