Jumat 01 Oct 2021 09:57 WIB

Penggunaan Bitcoin di El Salvador Tersandung Gagap Teknologi

El Salvador ialah negara pertama di dunia yang jadikan bitcoin alat pembayaran sah.

Red: Reiny Dwinanda
Seorang pria berpose di depan anjungan tunai Chivo, aplikasi dompet digital yang disediakan pemerintah El Savador untuk bertransaksi dengan bitcoin.
Foto:

Kecurigaan pada bitcoin menyebar luas di El Salvador, menurut sebuah survei Central American University (UCA) terhadap 1.281 orang pada Agustus. Sembilan dari 10 orang mengatakan mereka tidak paham dengan bitcoin, sementara delapan dari 10 mengatakan mereka sedikit atau bahkan tidak yakin dengan mata uang digital itu.

Dalam aksi protes anti-pemerintah pada 15 September, sejumlah demonstran membawa spanduk bertuliskan "Tidak untuk bitcoin". Mereka juga membakar sebuah anjungan tunai.

Membingungkan

Marquez, pemilik pabrik kopi kecil, menyebut volatilitas harga bitcoin membuat dia khawatir. Ia tak mengerti bagaimana bisa sebuah mata uang harganya naik begitu tinggi.

"Itu membingungkan," kata dia.

Pada 7 September, hari pertama bitcoin menjadi alat pembayaran yang sah di El Salvador, nilai uang kripto itu turun 18 persen, menurut George Monaghan, analis Global Data yang berbasis di London. Ia berpendapat, adopsi bitcoin membuat stres dan mengganggu perencanaan keuangan pribadi.

"Orang-orang El Salvador mungkin tidak cukup akrab atau nyaman dengan teknologi daring untuk mempercayai mata uang kripto."

Bahkan, penduduk Salvador yang paham teknologi pun masih mempertanyakan keputusan pemerintah mengadopsi bitcoin. Julia Yansura dari Global Financial Integrity, lembaga antikorupsi yang berbasis di AS, mengibaratkannya sebagai keputusan yang dibuat "dalam semalam".

Yansura mengatakan, cepatnya keputusan untuk mengadopsi bitcoin menunjukkan bahwa pemerintah El Salvador hanya punya sedikit waktu untuk menyusun aturan dan melindungi data pribadi pengguna di aplikasi Chivo. Yansura mempertanyakan, bagaimana informasi itu akan disimpan, siapa yang mengaksesnya, dan digunakan untuk apa.

Di pusat kota San Salvador, Pedrona de Saldana, 65 tahun, yang menjual permen dan produk kecantikan di kios pinggir jalan, bertekat akan terus menggunakan uang tunai. Seperti Garcia, dia pun tidak memiliki ponsel cerdas.

"Saya tak akan memakainya bahkan jika saya punya telepon jenis lain. Saya tidak bisa memakai mata uang lain yang tidak saya kenal," kata dia sambil menerima uang 50 sen dari pelanggan yang membeli permen karetnya.

sumber : Antara, Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement