EKBIS.CO, JAKARTA -- IHS Markit mengumumkan, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia menduduki posisi 52,2 pada September. Angka itu naik dari Agustus yang berada di posisi 43,7.
Hal itu menunjukkan, sektor manufaktur kembali berekspansi setelah dua bulan berturut-turut terkontraksi. Tingkat ekspansi sektor tergolong sedang secara keseluruhan, namun data indeks aman di atas rata-rata jangka panjang.
Menanggapi hasil survei terkini, Direktur Asosiasi Ekonomi di IHS Markit Jingyi Pan mengatakan, sektor manufaktur Indonesia mengalami perubahan pada kinerja selama September. "Dengan PMI Manufaktur Indonesia dari IHS Markit menunjukkan kembali berekspansi setelah dua bulan kontraksi tajam," ujar Jingyi melalui keterangan resmi, Jumat (1/10).
Dampak situasi Covid-19 yang telah membaik dan berkurangnya pembatasan, kata dia, telah tercatat secara baik oleh data. "Walaupun demikian, sementara aktivitas pembelian meningkat bersamaan dengan output, aktivitas perekrutan di sektor masih lemah. Optimisme perusahaan manufaktur juga menurun pada September, bahkan saat kondisi ekonomi meningkat," jelas dia.
Menurut Jingyi, penting melihat apakah kondisi permintaan yang lebih baik berarti kepercayaan bisnis meningkat seiring sektor mulai pulih. Sementara itu gangguan pasokan dan tekanan harga yang terus berlanjut patut terus diwaspadai. "Meskipun hal tersebut bukan hal baru bagi Indonesia dan dapat dilihat memengaruhi perusahaan manufaktur secara global," ungkap dia.
IHS Markit menilai, pelonggaran pembatasan Covid-19 di beberapa wilayah di Indonesia di tengah penurunan yang stabil jumlah kasus virus memungkinkan sektor manufaktur kembali bertumbuh
pada September. Baik output manufaktur dan permintaan baru meningkat setelah dua bulan mengalami penurunan tajam.
Hanya saja, rantai pasokan masih berada di bawah tekanan dan menyebabkan tekanan harga meningkat bagi perusahaan manufaktur. Kewaspadaan juga terlihat pada perekrutan bahkan saat penumpukan pekerjaan terus berlanjut.