EKBIS.CO, JAKARTA-- Meski masih dalam masa Pandemi Covid-19, tampaknya bukan menjadi rintangan bagi mereka yang serius menekuni bisnis kuliner. Hal itu terbukti dari kehadiran 91 peserta yang antusias mengikuti Demoday Food Startup Indonesia (FSI) sejak 5 Oktober selama tiga hari secara daring.
Dari jumlah tersebut, 15 peserta di antaranya terpilih melakukan pitching langsung di depan panelis dan investor. Peserta terpilih tersebut berasal dari 10 food manufacture dan 5 food service yang berasal dari 8 provinsi. Perwakilan terbanyak berasal dari Jakarta (6 peserta), Jawa Barat (4 peserta) dan Jawa Tengah (2 peserta).
Meski masih tergolong sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), produk kuliner yang dihasilkan finalis Food Startup Indonesia 2021 memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan. Ragam kreasi produk kuliner yang dihadirkan menjadi bukti representasi perkembangan sub sektor andalan ini di berbagai kota di Indonesia.
Beberapa investor yang hadir dalam Demoday FSI kali ini berasal dari kategori Fintech, dan Venture Capital. Selain investor, FSI 2021 juga menghadirkan berbagai narasumber dan mentor dalam sesi seminar serta coaching yang dilakukan secara online bagi masing-masing finalis.
"Kehadiran berbagai narasumber dan mentor dalam Demoday dapat mempertajam aspek soft skill dan hard skill peserta atas bisnis yang sedang dijalankan. Sehingga peserta Demoday semestinya mengoptimalkan kesempatan langka ini saat sesi seminar dan coaching," kata Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Fadjar Hutomo dalam keterangan tertulisnya, Ahad (10/10).
Sesi pitching menghasilkan 3 peserta terbaik yaitu peringkat pertama Hejo (Food Manufacture, Jawa Barat), kedua Vilo Gelato (Food Manufacture, Jakarta) dan ketiga Grouu Baby Food (Food Service, Jakarta). Adapun penilaian yang diberikan berdasarkan kesiapan produk, keamanan, inovasi, kesiapan pasar, risiko investasi, partnership dan strategi investasi.
Selain kepada 3 pemenang terbaik, komitmen dukungan diberikan investor kepada banyak finalis lainnya yang memiliki potensi bisnis besar. Berbagai potensi dukungan ini akan dilakukan langsung oleh masing-masing investor kepada masing-masing pelaku usaha terpilih.
Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf, Hanifah Makarim mengungkapkan jika dilihat pada jenis pendanaan yang dibutuhkan, panitia mengidentifikasi ke dalam lima sumber yaitu bank, equity, fintech, profit sharing dan lembaga pinjaman lainnya. Berbagai jenis pendanaan yang diajukan tersebut tentu saja harus disertai oleh profesionalisme dan akuntabilitas pelaku UMKM sektor kuliner yang mengikuti FSI.
Tidak hanya bagi 15 peserta terpilih, keuntungan lain yang diperoleh peserta dengan mengikuti Demoday FSI yaitu terbukanya kesempatan berjejaring dalam sektor kuliner bagi seluruh finalis. Kegiatan Demoday FSI tahun ini dilakukan secara hybrid, gabungan antara offline dan online. Seluruh kegiatan yang dilakukan secara fisik mengacu pada standar protokol kesehatan yang harus diikuti seluruh pihak.
Pihak Kemenparekraf hanya berupaya mempertemukan antara pebisnis dengan investor. Adanya badan hukum bagi jenis usaha menjadi nilai tambah yang mampu menarik investor. Ini akan mendorong pelaku bisnis agar tidak abai dengan masalah legalitas usaha. "Kami membuka jaringan agar mereka bertemu dengan investor, ini hanya entry point, mereka yang terpilih akan memperoleh akses belajar manajemen dan diawasi perkembanganya,"kata Hanifah.