Melalui SiMevi yaitu Sistem Monitoring dan Evaluasi Agroindustri Hortikultura Indonesia, dirancang digitalisasi satu data hortikultura yang menjadi pintu utama untuk akses beragam sistem informasi yang saat ini masih terpencar di masing-masing Direktorat lingkup Ditjen Hortikultura. SiMevi juga menyediakan Si Banpem Horti yang melalui aplikasi ini dapat dilihat di mana saja, berapa, jenis, dan penerima bantuan untuk pengembangan hortikuktura.
Selanjutnya secara interaktif dapat dilakukan monitoring dan evaluasi secara mandiri sehingga daoat dilakukan pengawalan, identifikasi permasalahan dan penelusuran pelaksanaan maupun tingkat kebermanfaatannya bagi masyarakat.
Data SiMevi diharapkan nantinya menjadi substansi Horticulture War Room (HWR( yang terkoneksi dengan Agriculture War Room (AWR). Data yang telah terinput akan diolah dalam berbagai tipe informasi publik antara lain dalam bentuk infografis dan data terkoneksi secara digital ke seluruh perangkat pengguna.
Selanjutnya untuk SRIKANDI, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha menyampaikan bahwa aplikasi SRIKANDI yang dirancangnya ini diharapkan bisa memudahkan dalam hal monitoring dan evaluasi, juga informatif dan interaktif.
“Data atau informasi yang tercantum berupa profil unit kampung, data CP/CL kampung dan dokumentasi kegiatan. Sedangkan dalam upaya meningkatkan daya saing dan kesejahteraan petani, SRIKANDI mendukung adanya registrasi kampung STO, informasi sebaran kampung STO per komoditas, data polygon per petak lahan/petani, moitoring bantuan APBN, monitoring tanam dan panen, serta penilaian kampung berdaya saing,” papar Tommy.
Kemudian untuk sistem informasi The Hopers_dev atau Early Warning Sistem Perlindungan Hortikultura, Koordinator Kelompok Dampak Perubahan Iklim, Muhammad Agung Sunusi menyampaikan bahwa sangat penting untuk melihat data yang ada dan menjadi bahan informasi untuk mengambil suatu tindakan atau kebijakan dalam mitigasi dan identifikasi dalam dampak iklim.
“Ada dua jenis komoditas yang sangat populer di hortikultura, yaitu bawang merah dan cabai. Komoditas ini lah kami mencoba data-data yang diperoleh minimal akan bisa menginfokan kekeringan dan kebanjiran yang menjadi fokus di kampung-kampung hortikultura,” ujar Agung.
Tiyo Sulistyo selaku coach aplikasi SIMEVI menyatakan bahwa aplikasi-aplikasi ini akan menjadi harmonisasi dan dibuat untuk memberi kemudahan dan kelancaran dari tugas pokok dari Direktorat Jenderal Hortikultura.“Dengan adanya aplikasi ini menjadikan semua data bisa terdokumentasi dengan jelas,” ujar Tito.
Sementara itu, Brisma Renaldi selaku coach pada aplikasi SRIKANDI mengungapkan harapannya dengan aplikasi ini dapat menguatkan program kampung hortikultura yang sudah baik.
"Harapannya dengan SRIKANDI ini kita dapat melihat kampung sayuran dan tanaman obat itu menjadi tangguh, sesuai dengan namanya. Saya sangat setuju dengan Pak Dirjen, bahwa ini harus berkesinambungan dan berkelanjutan untuk kepentingan bangsa dan negara yang kita cintai ini,” tutur Brisma.
Sejalan dengan Tito, dan Brisma, Suharyoto selaku coach The Hopers turut menyampaikan masukannya agar seluruh aplikasi ini dapat menjadi komitmen jangka panjang dan memberikan manfaat yang terasa bagi pertanian Indonesia.
“Apa yang kita susun merupakan bentuk digitalisasi, tools yang disusun harus jelas untuk apa, dan untuk siapa. Oleh karena itu, jangan sampai tools yang dibuat ini tidak memiliki nilai manfaat," ujar Suharyoto.