Ahad 21 Nov 2021 13:32 WIB

Kupu-Kupu Eropa Mulai Menghilang

Kelimpahan kupu-kupu padang rumput turun 39 persen antara 1990 hingga 2017.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Kupu-kupu. Setiap minggu selama 25 musim panas terakhir, ahli biologi Constanti Stefanescu telah berjalan melalui serangkaian ladang di Catalonia, menghitung kupu-kupu.
Foto:

Kupu-kupu, seperti penyerbuk lainnya, diperas dari dua sisi. Di beberapa tempat, ketika peternakan skala kecil digantikan oleh pertanian industri, padang rumput yang ramah kupu-kupu dikumpulkan menjadi ladang yang jauh lebih besar dari satu tanaman seperti jagung atau bunga matahari. Di tempat lain, padang rumput dan ladang ditinggalkan dan perlahan-lahan berubah menjadi hutan. Kedua tren mengancam kupu-kupu.

Stefanescu mengatakan kecil kemungkinan tempat ini akan kembali ke habitat kupu-kupu padang rumput utama seperti satu generasi yang lalu. Sebaliknya, dia berharap itu akan semakin memburuk. “Ini adalah awal dari kepunahan lokal,” katanya.

Satu dari lima kupu-kupu Eropa dianggap terancam atau hampir terancam. Belanda telah kehilangan setengah dari kupu-kupunya sejak 1990. Studi Krefeld dari tahun 2017 menunjukan, populasi serangga secara umum runtuh, di cagar alam Jerman turun 75 persen dari tahun sebelumnya pada periode 27 tahun.

Lebih dari tiga perempat padang rumput di Uni Eropa berada dalam status konservasi tidak menguntungkan atau perlu perbaikan hingga hilang sama sekali. Di Inggris dan Belanda kurang dari 5 persen padang rumput semi-alami yang tersisa.

Menurut Program Lingkungan PBB, pertanian dianggap sebagai pendorong utama hilangnya spesies di seluruh dunia. Namun, jika menyangkut perlindungan padang rumput dan kupu-kupu, burung, dan serangga lain yang hidup, pertanian dapat menjadi kekuatan positif atau negatif, tergantung pada cara praktiknya.

Pertanian intensif jelas buruk bagi keanekaragaman hayati. Hanya sedikit tanaman dan hewan liar yang dapat bertahan hidup dari praktik seperti menanami lahan yang luas dengan satu kali panen, penggunaan pestisida, dan sering memotong dan membajak. Polusi nitrogen, yang berasal dari pupuk dan peternakan yang terkonsentrasi, meningkatkan pertumbuhan rumput yang mengganggu tanaman yang dibutuhkan kupu-kupu.

Tapi secara berlawanan, intervensi manusia yang terlalu sedikit juga merusak ekosistem padang rumput. “Perambahan hutan adalah salah satu alasan di balik keruntuhan ini, tetapi intensifikasi adalah sisi lain," katanya. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement