EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) resmi menjadi perusahaan publik melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Aksi korporasi ini disebut akan memperkuat posisi perseroan di industri menara.
"Melalui IPO ini, Mitratel akan memperkuat posisinya sebagai The Best TowerCo In The Industry yang solid dan independen," kata Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko di Jakarta, Senin (22/11).
Theodorus menjelaskan dana dari hasil IPO akan digunakan untuk mengembangkan kompetensi dan kapabilitas Mitratel menjadi perusahaan unggul profesional transparan. Perubahan teknologi yang cepat akan mengakselerasi seluruh kompetensi Mitratel baik saat ini maupun waktu mendatang.
"Hal ini telah dirumuskan dalam business plan yang tak hanya semata-mata pada bisnis menara telekomunikasi, tapi berkembang menjadi infrastructure company yang siap untuk mendukung era 5G dan kelanjutannya," katanya.
Penguatan posisi Mitratel di industri menara juga didukung dengan masuknya investasi SWF dari Indonesia dan internasional. Hal ini menunjukkan Mitratel memiliki rekam jejak kinerja yang baik dan potensi pertumbuhan yang tinggi di masa yang akan datang.
Dikutip dari laman resminya, Indonesia Investment Authority (INA) menyampaikan sangat antusias dapat berpartisipasi sebagai investor dalam IPO Mitratel. Langkah ini turut mempercepat pengembangan dan peningkatan kualitas infrastruktur digital, khususnya di sektor telekomunikasi Indonesia.
"Kami juga menyambut baik GIC, Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), dan Abu Dhabi Growth Fund (ADG) yang turut berpartisipasi dan kami yakin akan menambah nilai strategis bagi Mitratel," tulis manejemen INA.
IPO Mitratel dinilai akan mampu menjadi salah satu katalis untuk menggerakkan kembali pasar modal dan perekonomian Indonesia. Dengan dukungan seluruh shareholders dan stakeholders, Mitratel akan dikelola dengan tata kelola perusahaan yang baik dengan menjaga independensi, profesionalisme dan transparansi.
Sesuai rencana, perseroan akan menggunakan 40 persen dana hasil IPO untuk belanja modal organik, 50 persen untuk anorganik, dan 10 persen untuk modal kerja serta kebutuhan Perseroan lainnya. Mitratel juga memiliki rencana ekspansi jangka panjang ke pasar Asia Tenggara dan Asia Pasifik untuk menjadi penyedia infrastruktur telekomunikasi terkemuka di Asia Tenggara.
Mitratel telah mengelola lebih dari 28 ribu menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain bisnis utamanya di bidang menara telekomunikasi, Mitratel juga melakukan ekspansi portfolio jasa turunan menara seperti Project Solutions, Managed Services, Fiberisasi dan Digital Services untuk mengakselerasi iklim digital di Indonesia.