Direktur Utama Garudafood Hardianto Atmadja menyampaikan pihaknya mengapresiasi komitmen, serta langkah proaktif untuk membantu akselerasi kinerja perseroan di tengah masa pemulihan ekonomi.
"Kami berterima kasih kepada BNI karena telah memberikan kepercayaan kepada kami dalam pengajuan kredit investasi untuk keperluan refinancing sebagian dari kredit sindikasi yang sudah ada," sebutnya.
Dia melanjutkan perseroan terus mencari terobosan yang lebih baik, lebih efisien namun tetap menjaga kualitas untuk memaksimalkan nilai bagi pemegang saham. "Kami optimis bahwa Garudafood dapat terus meningkatkan tren kinerja positif hingga akhir tahun 2021 dan akan lebih baik lagi di tahun depan.’ ujar Direktur Utama Garudafood Hardianto Atmadja.
Sebagai informasi, di tengah perlambatan ekonomi yang sempat kembali terjadi akibat hantaman gelombang kedua pandemi Covid-19 di sebagian wilayah Indonesia, kinerja Garudafood mencatatkan kinerja positif di YTD kuartal III/2021 dengan total penjualan bersih sebesar Rp 6,36 triliun atau tumbuh 10,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba bersih yang dibukukan juga mengalami peningkatan sebesar 87,6 persen atau Rp 370 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dan diikuti dengan laba per lembar saham yang juga tumbuh sebesar 48,9 persen.
Sebagai informasi,
Pada kuartal III 2021, pertumbuhan industri mamin mencapai 9,52 persen, salah satu yang tertinggi di sektor industri pengolahan. Industri makanan juga merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja sepanjang pandemi.
Berdasarkan data BPS, proporsi tenaga kerja di industri makanan mencapai 3,75 persen pada 2020, naik 0,01 persen dari 2019. Ketahanan industri mamin juga terlihat dari nilai investasi yang meningkat 23,6 persen sepanjang semester 1 2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Kinerja industri mamin masih mampu positif di tengah lemahnya daya beli masyarakat lantaran produk mereka masih menjadi prioritas selama pandemi. Kontribusi pengeluaran konsumen untuk membeli barang FMCG tercatat cukup besar, yakni hingga 12 persen. Posisinya berada di urutan keempat setelah menabung dan membayar utang (21 persen, serta liburan (13 persen).