“Tidak bisa lagi Kementerian, BUMN, industri dan privat sektor berjalan sendiri. Harus bisa kita melakukan upaya-upaya bersama,” kata Syahrul seperti dikutip dalam keterangan resminya, Senin.
Syahrul mengatakan, penguatan industri gula juga tidak hanya terkait perspektif lahan. Namun juga perlu peningkatan produktivitas dengan mengganti varietas, strategi industri, revitalisasi pabrik gula, industri produk turunan, serta membuat benchmark kepada negara yang sudah sukses memproduksi gula.
Di tengah masa pandemi saat ini, kebutuhan pangan Indonesia ke depan harus diupayakan untuk tidak tergantung terus dengan importasi. Karenanya, perlu upaya maksimal dari para stakeholder dengan mengedepankan kolaborasi dan aksi nyata untuk dapat mewujudkan kemandirian pangan melalui kolaborasi dan inovasi.
“Kita harus mandiri, tidak boleh tergantung terus dengan importasi yang besar di gula. Kalau impor terus kapan negara ini bisa lebih mandiri,” katanya.
Mengenai perluasan lahan perkebunan tebu, Sekretaris Jenderal Kementan, Kasdi Subagyono mengatakan, pihaknya melakukan upaya untuk bisa menelisik lebih jauh potensi kesesuaian dan kapabilitas lahan untuk tebu.
“Kami telah melakukan pemetaan di beberapa pulau untuk perluasan tebu berdasarkan kesesuaiannya,” kata dia.
Ia menambahkan, Kementerian Pertanian juga siap bersinergi bersama BUMN untuk mengidentifikasi lebih jauh dan mencocokan rencana BUMN untuk mengembangkan area-area baru. “Sehingga kami dapat membuat data spasial yang lebih konkrit untuk bisa dimanfaatkan,” katanya menambahkan.