Menurutnya, Sumatera Utara jika dikelola dengan sangat baik pasti akan menjadi salah satu daerah yang maju. Terlebih sudah ada fasilitas yang diberikan negara seperti pembangunan infrastruktur.
“Jadi harus benar-benar dimanfaatkan. Terlebih, ujung utara Pulau Sumatra itu telah ditetapkan sebagai destinasi prioritas nasional, khususnya kawasan Danau Toba yang kini telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGG),” ungkap Wahyu.
Wahyu menilai, selain memacu lalu lintas wisatawan baik asing maupun domestik, kemitraan tersebut juga akan mengerek investasi di Sumatra Utara. Dengan begitu akan semakin meningkatkan produk domestik regional bruto (PDRB).
“Investasi itu masuknya dari perjalanan atau travelling. Jadi dengan Bandara Kualanamu jadi internasional hub akan mendatangkan investasi masuk ke wilayah Sumatra Utara karena potensi yang besar dan mendorong pengembangan UMKM,” jelas Wahyu.
Kemitraan Angkasa Pura II bersama GMR Consortium terbentuk melalui perusahaan patungan bernama PT Angkasa Pura Aviasi, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Angkasa Pura II sebesar 51 persen.
Angkasa Pura Aviasi akan mengoperasikan Bandara Kualanamu dengan pola kemitraan strategis selama 25 tahun senilai 6 miliar dolar melalui skema build operate transfer. Dengan skema tersebut, pada akhir kerja sama seluruh aset akan diserahterimakan kembali kepada Angkasa Pura II.