EKBIS.CO, JAKARTA -- Industri makanan dan minuman (mamin) konsisten memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Meski di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19, kinerja industri mamin tetap gemilang karena sebagai sektor kritikal yang tetap dijaga produktivitasnya.
“Industri mamin juga merupakan salah satu sektor yang memiliki permintaan tinggi ketika pandemi. Hal itu karena masyarakat tetap perlu mengonsumsi asupan bergizi guna meningkatkan imunitas tubuhnya dalam upaya menjaga kesehatan,” kata Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika di Jakarta, Selasa (14/12).
Ia menyebutkan, PDB industri mamin tumbuh positif sebesar 3,49 persen pada kuartal III 2021. Hal itu seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang kembali tumbuh positif menyentuh angka 3,51 persen. Selain itu, peran industri mamin dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional, ditunjukkan pula dengan meningkatnya kontribusi PDB industri mamin terhadap PDB industri pengolahan nonmigasyang mencapai 38,91 persen pada periode sama.
“Sepanjang Januari sampai September 2021, total nilai ekspor industri mamin mencapai 32,51 miliar dolar AS atau meningkat 52 persen dibanding periode yang sama tahun 2020. Neraca perdagangan industri mamin selama sembilan bulan ini surplus sebesar 22,38 miliar dolar AS,” ungkapnya.
Putu mengemukakan, walaupun sektor industri mamin terus menunjukan tren pertumbuhan positif, namun pemerintah dan pelaku industri tetap harus bersiap dalam mengantisipasi dan mengatasi tantangan ketersediaan pangan dan energi. Apalagi, berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri mamin merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan pada era industri 4.0.
“Pembatasan kegiatan selama pandemi berpengaruh terhadap lalu lintas barang dan komoditas antar negara yang berdampak pada persediaan pangan. Terutama komoditas yang masih banyak impor, sebagaimana disebutkan dalam laporan Food and Agriculture Organization (FAO),” jelas dia.
Oleh karena itu, strategi untuk mengatasi tantangan tersebut, diantaranya melalui pembangunan food estate, penyiapan cold storage, dan rantai dingin. “Pelajaran dari krisis energi yang terjadi di dunia saat ini adalah ketidaksiapan sejumlah negara dalam melakukan transisi dari energi fosil ke energi ramah lingkungan. Kita perlu mengantisipasi agar hal ini tidak terjadi di Indonesia,” ujarnya.