EKBIS.CO, SEMARANG -- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Dr Abdul Kholik, mendorong provinsi Jawa Tengah sebagai sentra produk halal di Indonesia. Menurutnya potensi provinsi Jawa Tengah (Jateng) untuk produk halal sangat luar biasa sehingga perlu didukung dengan proses sertifikasi halal.
“Kita akan bersinergi mendorong proses sertifikasi halal terutama dalam model self di clear atau ikrar bisa banyak difasilitasi,” kata Abdul Kholik kepada Republika.co.id, Kamis (16/12).
Legislator asal Cilacap, Jateng ini menambahkan lembaga keagamaan bisa mengambil peran penting untuk ikrar produk halal tersebut. Sehingga Jateng nantinya bisa menjadi sentra produk halal di Indonesia dan bisa ekspor di luar negeri yang banyak membutuhkan produk halal.
“Ini bukan bukan cuma untuk kepentingan Jateng dan nasional, kalau perlu bisa ekspor karena kebutuhan produk halal itu besar sekali di seluruh dunia,” ujar Kholik.
Mengenai kunjungan ke Masjid Agung Jawa Tengah (MJAT), sambung Kholik dalam rangka meminta doa restu, dukungan, arahan, dan saran kepada para alim ulama, kiai, dan tokoh agama agar dapat menjalankkan tugas dengan baik serta penuh berkah.
Serta mohon kepada para alim ulama, kia, dan tokoh agama ada pandangan yang ingin disampaikan kepada DPD. “Kami sangat terbuka untuk setiap saat kepada para alim ulam dan kiai menggunakan kami sebagai keterwakilan pelayanan keumatan di Jawa Tengah,” ujarnya.
Dalam kunjungan itu Abdul Kholik diterima Sekretaris Pengurus Pengelola MAJT Drs KH Muhyidin MAg, Ketua Bidang Ketakmiran MAJT KH Hadlor Ikhsan, Ketua Takmir Masjid Raya Baiturrahman, Dr KH Multazam Ahmad, Ketua Masjid Agung Semarang KH Hanif Ismail, Wakil Ketua MAJT, Prof DR Edy Nursasongko, dan sejumlah pengurus tiga masjid lainnya.
Dalam pertemuan yang dipandu Wakil Sekretaris MAJ, H Istajib AS beberapa kiai dan ulama menyampaikan aspirasi, di antaranya Ketua Komisi Hukum dan Hak Asasi Manuasia MUI Jateng, Eman Sulaeman yang meminta dukungan DPD terwujudnya wisata halal di Indonesia.
“Perlu adanya sosialisasi wisata halal, karena masih banyak yang salah memahami wisata halal dianggap sebagai islamisasi,” ujarnya.