EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar rata-rata 12 persen di 2022 berpotensi menambah penerimaan negara."Karena harga rokok semakin tinggi, jadi meski produksi rokok menurun, penerimaan negara secara nominal akan meningkat," kata Tauhid kepada Antara di Jakarta, Senin (10/1/2022).
Meski tetap tumbuh, kenaikan penerimaan CHT di 2022 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pemerintah menargetkan pada 2022, penerimaan CHT akan mencapai Rp 192 triliun atau naik sekitar 11,56 persen dibandingkan target 2021 yang sebesar Rp 173 triliun. Sementara itu, sampai akhir tahun 2021 saja, penerimaan CHT telah mencapai Rp193 triliun.
Meskipun demikian, CHT tidak hanya ditarik untuk menambah penerimaan negara, tetapi juga untuk melakukan kontrol terhadap konsumsi rokok yang berdampak negatif terhadap kesehatan."Dengan penurunan jumlah konsumsi, maka otomatis dampak ke produksi juga semakin menurun. Saya kira ini tidak terlepas dari cita-cita pemerintah untuk mengurangi angka prevalensi merokok terutama anak usia di bawah 18 tahun," katanya.
Penurunan produksi rokok tersebut menurutnya juga akan berdampak terhadap kontribusi industri rokok terhadap perekonomian nasional, meskipun Tauhid mengakui belum menghitung berapa potensi penurunannya. "Karena kebutuhan utk rembakau yg bdihasilkan berkurang sdikit impor barang juga berkurang sedikit. Jadi otomatis akan me distoris peran indus tembakau ke depan," ucapnya.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan berupaya adil dalam meningkatkan tarif CHT di tahun ini."Saya harus main cantik, jadi saya siapkan skenario kalau saya naikkan satu persen berapa efeknya, saya bikin historis. Kita juga membantu mengurangi rokok ilegal," kata Sri Mulyani dalam wawancara dengan Deddy Corbuzier.
Ia mengakui bahwa kebijakan terkait CHT begitu sulit diambil karena melibatkan berbagai pihak dengan beragam kepentingan."Kalau saya naikinnya kekecilan saya dimarahin oleh Kementerian Kesehatan, kalau naikin tinggi pasti (diduga) Menkeu dilobi oleh Kemenkes dan dunia internasional," kata Sri Mulyani.