Ia menilai, kebijakan impor untuk menutup defisit daging sapi nasional akan lebih memberikan nilai tambah melalui impor sapi bakalan daripada daging beku. Sebab, dengan mengimpor sapi bakalan, akan ada kegiatan penggemukan sapi dalam negeri sebelum nantinya akan dipasarkan.
Apalagi, kegiatan penggemukan sapi juga sudah menggunakan bahan-bahan pakan lokal dan memberikan keuntungan dalam rantai ekonomi industri sapi potong nasional.
Diketahui pada 2022, pemerintah telah menetapkan neraca daging sapi/kerbau nasional. Tingkat konsumsi per kapita diperkirakan sebesar 2,57 kilogram (kg) per tahun atau 706 ribu ton secara nasional. Adapun kemampuan produksi dalam negeri diproyeksi hanya 436 ribu ton dan stok awal tahun 62 ribu ton.
Selain itu, pemerintah juga menargetkan harus terdapat stok sisa akhir tahun sebesar 58 ribu ton sehingga diperoleh defisit daging 2022 sebesar 266 ribu ton. Defisit tersebut akan dipenuhi melalui impor. Namun, hingga saat ini pemerintah masih belum menetapkan alokasi impor untuk daging kerbau serta BUMN yang akan ditugaskan.
Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan, volume impor daging sapi terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Meskipun demikian, impor tetap dilakukan.
Baca juga : Luhut: Bubarkan PLN Batu Bara
"Impor memang iya masih dilakukan tapi jumlahnya terus menurun," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Makmun.
Makmun mengatakan, alokasi impor daging tahun ini telah dihitug bersama dengan para kementerian terkait. Volume impor tersebut tercatat turun 3,4 persen dari tahun 2021 sebesar 284,2 ribu ton. Impor tahun 2021 juga menurun jika dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.
Adapun dari sisi produksi terus mengalami peningkatan. Tahun 2022 ditargetkan produksi dapat mencapai 274,8 ribu ton, naik 3,13 persen dari 2021 sebesar 272,2 ribu ton.
"Produksi sapi lokal kita terus tumbuh tapi memang belum bisa mengejar kebutuhan konsumsi daging sapi yang sebetulnya partisipasinya hanya 7 persen dari konsumsi pangan hewani," kata Makmun.
Ia mengatakan, Kementan akan terus meningkatkan produksi daging sapi lokal dengan berbagai program. Salah satu yang masih diupayakan yakni integrasi lahan perkebunan sawit untuk peternakan sapi. Menurut dia, lahan sawit dipastikan tidak akan berubah menjadi area pembanguanan perumahan.
Budidaya ternak sapi di lahan sawit juga akan menciptakan siklus kehidupan yang baik karena dapat mencegah lebih kecil efek rumah kaca. Sebab, keberadaan sapi dapat mengurangi penggunan pupuk kimia untuk membersihakn gulma dan rumput di area perkebunan.
Selain itu, upaya lain yang dilakukan dengan penggunaan jenis sapi kerbau unggulan, impor indukan sapi, peningkatan kesehatawan hewan, serta penegakkan pelarangan pemotongan sapi betina produktif.