EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku kagum dengan fenomena gim saat ini yang tak sekadar menjadi hobi, melainkan juga sebagai mata pencaharian.
Erick menyebut hal ini sangat berbeda dengan zaman ia masih anak-anak yang bermain layangan, gim Atari bersama teman di rumah, atau main dingdong.
"Kalau dulu main gim buang uang. Hari ini saya bingung, gim justru menghasilkan uang. Ini era yang saya tidak bayangkan, bukan tidak mungkin jumlah gamers di Indonesia akan semakin banyak," ujar Erick saat Live Instagram Indonesia Digital Tribe 101 di Jakarta, Senin (17/1).
Erick menyampaikan, fenomena gim tak lepas dari perkembangan teknologi. Indonesia, ucap Erick, harus dapat memanfaatkan momentum tersebut mengingat banyaknya jumlah generasi muda Indonesia saat ini.
Erick berharap, Indonesia Digital Tribe (IDT) dapat melahirkan para pembuat gim lokal. Erick menilai keberpihakan terhadap gim lokal merupakan hal yang wajar mengingat mayoritas infrastruktur teknologi adalah investasi dari pemerintah dan BUMN melalui Telkom dan Telkomsel.
"Gim memakai infrastruktur yang diinvestasi pemeirntah, kalau tidak ya Telkom dan Telkomsel, tapi yang masuk gim asing. Kita tidak antiasing tapi kita dorong anak muda Indonesia buat gim sendiri apakah kita biayai atau investasi," ucap Erick.
Erick mengajak generasi muda berani menciptakan inovasi dalam bidang gim. Erick juga beberapa gim lokal mendominasi berbagai ajang e-sport ke depan.
Erick juga mengatakan, IDT merupakan sebuah ekosistem digital yang bakal menjadi tumpuan bagi Indonesia ke depan dalam menghadapi perubahan zaman. Dalam ekosistem tersebut, BUMN menggandeng banyak pihak, mulai dari swasta hingga komunitas.
Erick tak ingin BUMN menjadi menara gading dalam perekonomian Indonesia. Terlebih saat menghadapi persaingan global memerlukan kolaborasi lintas elemen dengan memperkuat ekosistem yang terintegrasi.
"Ekosistem ini jangan kalahan tapi menangan, karena itu tidak mungkin kita membuat ekosistem dengan ego sektoral," ungkap Erick.
Erick menilai, terdapat tiga kunci utama bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan digital yakni adaptasi, mengerti perubahan teknologi, dan memiliki sifat analitikal dengan menggunakan data dan fakta.
"Covid-19 seperti komet pada dinosaurus, membuat perubahan total dan adaptasi yang luar biasa. Berat memang tapi tetap kerja keras, semangat, dan jangan putus asa," lanjut Erick.