EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Muamalat Indonesia Tbk memperbaiki tata kelola perusahaan untuk mengejar target pada tahun ini. Direktur Utama Bank Muamalat, Achmad Kusna Permana menyampaikan berbagai perbaikan dan peningkatan kapasitas internal terus dilakukan dalam empat tahun terakhir.
"Ketika saya masuk Bank Muamalat pertama itu tidak ada direktur manajemen risiko, kita perbaiki tata kelola itu, sumber daya manusia kita hire, sudah sangat baik, baru, dan bertalenta," katanya dalam Webinar Infobank, Kamis (20/1).
Permana mengatakan, Bank Muamalat membangun kultur baru yang modern dan profesional selama empat tahun terakhir. Sebagian besar sumber daya manusia, model bisnis, infrastruktur, termasuk manajemen risiko terus dibangun dari hulu ke hilir setelah belajar dari kesalahan lama.
Permana mengatakan, Bank Muamalat banyak belajar dalam periode yang sulit cukup lama. Lemahnya infrastruktur pengendalian risiko yang ia sebut ala kadarnya menjadi biang kerok.
Sebagai bank yang tidak punya induk, Bank Muamalat kurang hati-hati dalam penyaluran pembiayaan yang lebih fokus di wholesale korporasi. Tidak ada fokus bisnis dan tidak dibarengi oleh aksi pencadangan untuk menanggulangi risiko gagal bayar.
Selain itu, penyuntikan kapital terakhir oleh pemegang saham utama dari perusahaan asing juga dilakukan terakhir pada sekitar 2013. Permana memastikan saat ini sistem manajemen risiko sangat diperhatikan.
"Pada saat itu, kami temukan kekuatan sisi positifnya, nasabah ritel kita sangat loyal, di periode sulit saja nasabah baru masih berdatangan, termasuk di pendaftaran haji," katanya.
Branding yang kuat menjadi potensi hingga akhirnya Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) menjadi pemegang saham utama saat ini. Seiring dengan hal tersebut, Bank Muamalat kini akan fokus di segmen ritel dan ekosistem Islam, khususnya haji umrah.
Potensi dari ekosistem ini sudah cukup besar dan Bank Muamalat berkomitmen melayani segmen tersebut seiring dengan posisinya sebagai anak perusahaan dari BPKH. Permana mencontohkan, saat ini bahan baku katering jamaah haji lebih banyak dipasok oleh negara lain.
"Ternyata catering meals kita, lebih banyak ikan patinnya dipasok Vietnam, berasnya dari Thailand, padahal harusnya dari Indonesia, belum lagi kebutuhan sandangnya, oleh-oleh, dan lainnya," katanya.
Maka dari itu, Bank Muamalat berkomitmen untuk mengoptimalkan keterhubungan kebutuhan di ekosistem ini dengan layanan perbankan. Mulai dari UMKM di sektor haji umrah, e-wallet untuk jamaah haji, kerja sama dengan pihak keuangan syariah di Arab Saudi, dan potensi lain yang melibatkan seluruh stakeholder haji umrah.