EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian ESDM melalui Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Ridwan Djamaludin mengakui hingga saat ini angka impor batu bara kokas atau kalori tinggi masih tinggi. Oleh karena itu, pemerintah akan menggejot eksplorasi.
Ridwan menjelaskan, saat ini angka impor batu bara kokas per 2021 sebesar 7,9 juta ton. Padahal, kebutuhan batu bara kokas untuk dalam negeri mencapai 12 juta ton.
"Kita belum punya pertambangan ini. Kita masih impor 7,9 juta ton," kata Ridwan di Kementerian ESDM, Kamis (20/1/2022).
Rencananya, pemerintah akan menggenjot eksplorasi di 22 lokasi di Kalimantan. Hal ini dilakukan mengingat kebutuhan industri akan jenis batu bara ini cukup tinggi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia, menyambut baik upaya pemerintah pada pengembangan batu bara jenis kalori tinggi. Apalagi saat ini Indonesia masih mengimpor batu bara jenis kokas maupun semi kokas.
"Saat ini memang beberapa anggota kami memiliki spesifikasi batu bara dengan kalori 6.100 ke atas," ujarnya.
Namun, untuk tahapan eksplorasi memang membutuhkan rangkaian kegiatan yang cukup panjang. Di mana salah satu faktor modal keuangan yang cukup tinggi sebelum tahapan eksploitasi menjadi penentu.
Sehingga hal tersebut menjadi kebijakan yang baik dalam mendukung iklim investasi. Meski begitu, kebijakan ini tidak serta merta membuat tujuan program yang telah direncanakan mudah tercapai.