EKBIS.CO, JAKARTA -- Upaya pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan transformasi bisnis utama (core business) sejumlah BUMN termasuk bank-bank Himpunan Milik Negara (Himbara), dinilai oleh sejumlah pengamat ekonomi mulai membuahkan hasil. Ini terlihat dari kinerja bank BUMN (Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN) yang mampu mencatat peningkatan pendapatan dan laba di tengah pandemi Covid-19.
Ekonom Lembaga Riset Sigmaphi dan Universitas Indonesia (UI), Telisa Falianty, mengatakan pertumbuhan kinerja bank pelat merah tak bisa dilepaskan dari kebijakan pemerintah yang melakukan transformasi bisnis bank Himbara. "Bank-bank BUMN memang diarahkan untuk melakukan spesialisasi pada segmen bisnis tertentu agar profitnya optimal," kata dia.
Tranformasi tersebut memperjelas model bisnis bank Himbara. Contohnya, Bank Mandiri didorong untuk lebih fokus pada pembiayaan korporasi dan wholesale. Lalu, BRI lebih difokuskan menggarap segmen bisnis pembiayaan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Lantas, BNI fokus menyasar ke bisnis internasional dan BTN difokuskan pada pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR).
Tak hanya transformasi bisnis, bank Himbara juga didorong melakukan digitalisasi bisnis. Menurut Telisa, dalam kondisi pandemi, sektor perbankan masih bisa berjalan karena ditopang oleh digitalisasi. "Tren digitalisasi adalah keniscayaan. Bank BUMN sudah tepat berinvestasi menjadi digital banking. Hal itu sesuai tren di dunia saat ini dan tuntutan di era new normal," imbuh Telisa.
Pada 2021, bank-bank Himbara, berhasil mencetak laba bersih (konsolidasi) sebesar Rp 72,37 triliun. Jika dibandingkan secara tahunan atau year on year (YoY), pencapaian laba bersih bank-bank Himbara tersebut mengalami kenaikan sebesar 78 persen dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp 40,66 triliun. Laba bersih Himbara pada 2020 itu, anjlok lebih dari 47 persen dari tahun sebelumnya Rp 77,45 triliun, setelah pandemi Covid-19 merebak di negeri ini.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, birunya rapor kinerja bank pelat merah pada 2021, merupakan buah dari hasil transformasi yang dilakukan kementeriannya terhadap segmen bisnis bank pelat merah. Meski diadang pandemi, kinerja bank Himbara masih bisa ditingkatkan. "Meski menghadapi disrupsi akibat pandemi, kinerja keuangan, operasional, dan sosial yang dilakukan dapat meningkat dengan pesat," kata Erick dalam keterangannya.
Pendapat senada diungkapkan Teuku Riefky, ekonom LPEM UI. Dia bilang, kinerja bank BUMN pada 2021, terbantu oleh adanya layanan digital banking. Hal ini terutama ketika masyarakat lebih memilih melakukan transaksi perbankan tanpa tatap muka di tengah melonjaknya kasus Covid-19 pada tahun pertama dan tahun kedua pandemi.
Riefky menilai, digitalisasi perbankan memang perlu dilakukan bank Himbara untuk menjaga daya saing bisnis. Alasannya, digitalisasi perbankan memberikan kemudahan jauh lebih besar kepada nasabah. Kanal digital (internet) mudah diakses nasabah karena menjangkau seluruh pelosok daerah di Nusantara. Lewat kanal digital, nasabah tak perlu lagi datang ke bank untuk melakukan transaksi perbankan.
Selain itu, biaya operasional digital banking juga jauh lebih efisien dibandingkan pola konvensional. Efisiensi ini membuat beban bank menjadi berkurang. "Jadi, jika bank BUMN tidak melakukan transformasi bisnis secara digital, maka ke depannya mereka sangat mungkin kalah saing dengan bank swasta yang sudah banyak menerapkan sistem digitalisasi," papar Riefky.
Jadi, wajar saja, jika bank-bank BUMN terus mengembangkan layanan digital banking. Sebut saja, Bank Mandiri yang memiliki layanan digital banking bertajuk Livin by Mandiri. Super App besutan Bank Mandiri ini telah melayani nasabah sejak Maret 2021 dan versi terbarunya telah diperbarui pada Oktober 2021. Sepanjang tahun lalu, total transaksi finansial Livin by Mandiri telah menembus angka Rp 1.680 triliun dengan jumlah pengguna 9,8 juta dan volume transaksi mencapai lebih dari 1 miliar atau naik 54 persen (YoY).
Bhima Yudhistira Adhinegara, ekonom dari Celios mengatakan, transformasi digital memang menjadi salah satu faktor pendorong kinerja perbankan. Hal ini, terutama dalam meningkatkan profit.
"Pada tahap awal, digitalisasi perbankan memang butuh modal investasi besar. Tapi, ke depan, ketika model bisnisnya sudah teruji dan mendapatkan respons positif dari nasabah, maka digitalisasi ini juga akan meningkatkan profitabilitas bagi Bank dalam jangka panjang,' tandas Bhima.