EKBIS.CO, LONDON -- Analis di JPMorgan memperingatkan, sanksi yang dijatuhkan pada Rusia secara signifikan, meningkatkan kemungkinan negara itu gagal membayar dolar dan utang pemerintah pasar internasional lain. Rusia memiliki pembayaran obligasi pemerintah senilai lebih dari 700 juta dolar AS yang jatuh tempo bulan ini.
“Sanksi entitas pemerintah Rusia oleh Amerika Serikat, tindakan balasan di Rusia untuk membatasi pembayaran asing, dan gangguan rantai pembayaran, menghadirkan rintangan tinggi bagi Rusia untuk melakukan pembayaran obligasi di luar negeri,” kata JPMorgan dalam catatannya.
“Sanksi telah secara signifikan meningkatkan kemungkinan gagal bayar obligasi mata uang keras pemerintah Rusia,” imbuhnya.
Sedangkan, bank sentral dan kementerian keuangan tidak menjawab permintaan Reuters untuk mengomentari kemungkinan default tersebut.
Analis JP Morgan mengatakan, krisis pertama jatuh pada 16 Maret ketika dua pembayaran kupon obligasi jatuh tempo. Meskipun, seperti kebanyakan utang Rusia, memiliki masa tenggang 30 hari, yang akan mendorong kembali setiap momen formal default ke 15 April.
Rusia memiliki utang pasar internasional atau hard currency senilai di bawah 40 miliar dolar AS. Meskipun ini merupakan jumlah yang kecil untuk ekonomi Rusia yang penting, setiap pembayaran yang terlewat akan memicu serangkaian peristiwa.
Lembaga pemeringkat kredit utama seperti S&P Global, Moody's dan Fitch, yang semuanya memiliki nilai layak investasi untuk Rusia hingga minggu lalu, menurunkan peringkatnya secara massal. JPMorgan memperkirakan, Credit Default Swap (CDS) senilai sekitar 6 miliar dolar AS yang telah dibeli oleh pemegang obligasi sebagai polis asuransi, juga perlu dibayarkan. Meskipun prosesnya dapat menjadi rumit dalam kasus sanksi utang lebih lanjut.
Kekhawatiran default mengikuti peringatan dari Institute of International Finance (IIF) minggu ini, yang menandai bagaimana kira-kira setengah dari 640 miliar dolar AS cadangan devisa Rusia telah secara efektif dibekukan oleh sanksi internasional.
Pada Rabu (2/3/2022), Capital Economics juga memperingatkan tentang meningkatnya risiko gagal bayar. Ini akan memukul investor internasional, dimana asing memegang 20 miliar dolar AS dan utang pemerintah berdenominasi rubel pada akhir tahun lalu, menurut bank sentral Rusia.