Selasa 08 Mar 2022 13:37 WIB

Serikat Petani Minta Pemerintah Waspadai Turunnya Harga Gabah

Penurunan harga ini terjadi karena petani susah menjemur hasil panennya.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Petani menjemur gabah di area penggilingan padi di Kampung Tasikardi, Kasemen, Serang, Banten, Senin (7/2/2022). Serikat Petani Indonesia (SPI) meminta pemerintah untuk mewaspadai penurunan harga gabah yang mulai terjadi.
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Petani menjemur gabah di area penggilingan padi di Kampung Tasikardi, Kasemen, Serang, Banten, Senin (7/2/2022). Serikat Petani Indonesia (SPI) meminta pemerintah untuk mewaspadai penurunan harga gabah yang mulai terjadi.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Serikat Petani Indonesia (SPI) meminta pemerintah untuk mewaspadai penurunan harga gabah yang mulai terjadi. Apalagi, para petani padi akan segera memasuki musim puncak panen raya yang jatuh pada Maret-April.

Ketua Bidang Pusdiklat SPI, Qomarunnajmi, rata-rata harga gabah di Jawa sudah mulai alami penurunan meski belum panen raya. Saat ini, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sudah dihargai di bawah Rp 4.000 per kg Sementara, acuan GKP pemerintah sebesar Rp 4.200 per kg.

Baca Juga

"Penurunan harga ini terjadi karena petani susah menjemur hasil panennya. Masih sering hujan, membuat gabah jadi basah dan kualitasnya turun. Petani butuh mesin pengering," kata Qomar kepada Republika.co.id, Selasa (8/2/2022).

Ia mengakui, ketersediaan mesing pengering yang minim menjadi kendala petani. Itu sebabnya, banyak petani saat ini yang terpaksa menjual hasil panennya meski dalam kondisi basah.

Qomar pun mewanti-wanti bahwa produksi gabah akan semakin banyak sehingga petani sangat membutuhkan fasilitas pengeringan agar gabah dapat disimpan. "Saat ini (produksi gabah) sudah banyak juga, nanti mesti lebih banyak lagi," katanya.

Sekretaris Umum SPI, Agus Ruli Ardiansyah menyebutkan, pemerintah harus mengantisipasi penurunan nilai tukar petani (NTP) khususnya di subsektor tanaman pangan. Tercatat NTP tanaman pangan selama Februari turun 0,43 persen.

"Sub sektor tanaman pangan ke depannya cenderung akan menurun. Di beberapa wilayah sentra seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah," katanya.

Saat ini, Agus menuturkan, beberapa sudah panen dan harga gabah di kisaran Rp 4.000 per kg bahkan ada yang menyentuh Rp3.800 per kg. Hal ini harus menjadi perhatian karena sudah di bawah HPP yang ditetapkan oleh pemerintah,” kata dia.

Penurunan NTP subsektor tanaman pangan diakibatkan turunnya indeks harga yang diterima petani pada kelompok penyusun, yaitu kelompok padi (0,38 persen) dan kelompok palawija, khususnya jagung (0,45 persen). Penurunan harga di tingkat petani tersebut, menurut Agus Ruli, merupakan persoalan klasik yang terus-terusan terulang.

“Seperti yang sudah-sudah, menuju panen raya kecenderungannya harga gabah akan ikut turun juga. Oleh karena itu, pemerintah harus merespon cepat, segera operasi pasar untuk menyerap gabah agar harga naik sesuai dgn HPP. Bulog dan Badan Pangan Nasional harus segera bergerak,” tegasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement