EKBIS.CO, SINGAPURA -- Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengajak Singapura ikut dalam pengembangan food estate dan pembangunan ibu kota negara baru di Indonesia. Keterlibatan Singapura bermanfaat bagi kedua negara karena mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki kedua bangsa.
Hal tersebut disampaikan Luhut saat bertemu Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di istana dan saat memimpin pertemuan resmi dengan Menteri Koordinator Keamanan Nasional Singapura Teo Chee Hean, Senin (21/3). Luhut di Singapura sejak Ahad (20/3) hingga Selasa (22/3), membahas kelanjutan kerja sama dalam upaya mengantisipasi perubahan iklim.
Indonesia dan Singapura sepakat melakukan riset teknologi bersih ramah lingkungan serta menjalankan beberapa proyek percontohan terkait pengelolaan ekosistem baik di darat maupun di laut. Ada empat bidang yang disepakati, yakni penetapan harga dan pasar untuk karbon, solusi berbasis alam dan pendekatan berbasis ekosistem, teknologi bersih dan solusinya, serta green and blended finance.
“Di samping keempat bidang ini, saya mengusulkan dibentuk gugus tugas yang akan mendalami pengembangan baterai lithium untuk mobil listrik dan riset untuk pengembangan food estate. Indonesia memiliki banyak sumber daya untuk kedua hal itu, sementara Singapura memiliki R&D dan juga kekuatan finansial,” ujar Luhut dalam keterangan yang diterima Republika, Senin (21/3/2022).
Luhut menjelaskan, ke depan kebutuhan baterai lithium meningkat ketika semua negara berupaya mengurangi emisi gas buang. Sementara, untuk menjaga keamanan pangan dibutuhkan pembangunan pertanian berbasis riset dan teknologi agar bisa meningkatkan produktivitas.
“Indonesia bukan baru berencana tetapi sudah memulainya. Kami memiliki ribuan hektare lahan di Sumatra Selatan dan Sulawesi Tengah untuk dijadikan food estate. Kalau Singapura mau ikut terlibat, mari kita kembangkan sama-sama,” kata Menko Luhut.
Terkait pembangunan ibu kota negara baru, Luhut membenarkan pertanyaan PM Lee bahwa Presiden Joko Widodo sudah menginap di tempat yang akan menjadi ibu kota kelak. Pembangunan ibu kota negara baru bukan program jangka pendek hingga 2024, tetapi dilakukan secara bertahap hingga perayaan 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045.
Pada tahap pertama hingga 2024, Indonesia akan membangun sendiri kebutuhan infrastrukturnya. Namun, untuk membangun kota secara keseluruhan dimungkinkan adanya investasi yang luar negeri. “Kami berharap, Singapura ikut ambil bagian seperti halnya Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Cina yang akan melakukan investasi di ibu kota negara yang baru,” ujar Luhut.
PM Lee menghargai langkah besa Indonesia, termasuk dengan pembangunan ibu kota negara yang baru. Sebagai negara tetangga, Singapura akan mendukung Indonesia meraih kemajuan.