Jumat 08 Apr 2022 20:48 WIB

Pemerintah Diimbau Gencar Sosialisasikan Fluktuasi Harga Minyak

Masyarakat terbuai mekanisme harga subsidi daripada mekanisme harga pasar.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas mengisi bensin Pertamax untuk pengendara mobil di Jakarta, Kamis (31/3/2022). Pakar Energi dari Institut Teknologi Bandung Elan Biantoro mengimbau pemerintah untuk gencar menyosialisasikan fluktuasi harga minyak dunia yang ditentukan mekanisme pasar.
Foto: Republika
Petugas mengisi bensin Pertamax untuk pengendara mobil di Jakarta, Kamis (31/3/2022). Pakar Energi dari Institut Teknologi Bandung Elan Biantoro mengimbau pemerintah untuk gencar menyosialisasikan fluktuasi harga minyak dunia yang ditentukan mekanisme pasar.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Pakar Energi dari Institut Teknologi Bandung Elan Biantoro mengimbau pemerintah untuk gencar menyosialisasikan fluktuasi harga minyak dunia yang ditentukan mekanisme pasar. Sosialisasi yang gencar ini agar masyarakat memahami alasan penaikan harga bahan bakar minyak di dalam negeri.

"Selama ini kita tidak pernah mendapat sosialisasi mekanisme harga pasar (menentukan naik turun) BBM. Edukasi masyarakat agar tak kaget kalau minyak naik," ujar Elan dalam diskusi yang digelar oleh Jakarta Journalist Center bertajuk 'Krisis Rusia-Ukraina Mahalnya Minyak Dunia' yang dikutip di Jakarta, Jumat (8/4/2022).

Baca Juga

Mantan Pejabat SKK Migas ini menilai masyarakat kini terbuai harga BBM karena disubsidi oleh pemerintah, sehingga tidak mengantisipasi kenaikan harga BBM di pasar yang salah satunya disebabkan invasi Rusia ke Ukraina. "Pemahaman dan pemberian informasi ini bukan karena pemerintah, karena efek global. Sementara masyarakat terbuai mekanisme harga subsidi daripada mekanisme harga pasar," kata dia.

Pada Maret 2022, harga minyak mentah Indonesia (ICP) telah menyentuh level 113,50 dolar AS per barel atau naik sebesar 17,78 dolar AS per barel dari sebelumnya 95,72 dolar AS per barel pada Februari 2022. Jika melihat harga subsidi, lanjut Elan, ada defisit yang membuat pemerintah lantas memutuskan untuk menaikkan harga Pertamax menjadi menjadi Rp 12.500 per liter atau naik dari harga sebelumnya yang sebesar Rp 9.000 per liter.

Harga Pertalite tetap dipertahankan pada level Rp 7.650 per liter untuk menjaga daya beli masyarakat dan mencegah inflasi. "Kalau seperti sekarang harga minyak di atas 100 dolar AS per barel, otomatis tidak bisa mengandalkan harga subsidi dipertahankan, sehingga Pertamax naik," jelasnya.

Elan mengaku setuju dengan keputusan pemerintah yang menaikkan harga Pertamax pada 1 April 2022. Apalagi jika melihat selama ini Pertamax digunakan oleh pengendara mobil mewah atau kalangan masyarakat menengah ke atas.

Dia menilai harga Pertamax Rp 12.500 itu masih terjangkau oleh masyarakat. "Pertamax ke atas itu harga BBM untuk masyarakat menengah ke atas. Kendaraan cukup mewah, mereka harus wajib membeli RON di atas 92. Harga naik ke Rp 12.500 untuk Pertamax masih di bawah harga selayaknya kalau melihat harga minyak mentah," kata dia.

Elan meminta pemerintah untuk mempertahankan harga BBM subsidi jenis solar Rp 5.150 per liter dan Pertalite Rp 7.650 per liter supaya tidak terjadi gejolak di pasar. "Solar penugasan dan Pertalite dipertahankan tak naik agar tidak terjadi gejolak. Harga penugasan naik, muncul gejolak," ujarnya.

Selain itu, Elan juga menyarankan pemerintah untuk melakukan efisiensi dan menekan konsumsi penggunaan bahan bakar minyak, serta meningkatkan aktivitas hulu agar cadangan minyak di dalam negeri meningkat.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement