EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia terus berupaya mempercepat pengembangan potensi migas nonkonvensional agar bisa mendongkrak produksi energi di dalam negeri dengan target mencapai minyak 1 juta BOPD dan gas bumi 12 BSCFD pada 2030.Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya akan melakukan studi fiskal untuk meningkatkan keekonomian migas nonkonvensional agar menarik lebih banyak minat investor.
"Saat ini sedang melakukan terus studi fiskal untuk meningkatkan keekonomiannya karena memang ini lebih berat, maka perlu adanya pengaturan lebih jauh mengenai fiskal term untuk migas nonkonvensional, sehingga lebih menarik bagi investor," kata Dwi dalam konferensi pers terkait kinerja hulu migas kuartal pertama 2022 di Jakarta, Jumat (22/4/2022).
Studi fiskal yang menjadi perhatian SKK Migas berupa insentif dan perpajakan mulai dari penyesuaian PPh Badan, pembebasan pajak tidak langsung, pembebasan BPT yang diinvestasikan di Indonesia, pemberlakuan assumes and discharges, serta tax holiday.Berdasarkan hasil kajian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia memiliki banyak potensi migas nonkonvensional dengan nilai perkiraan mampu memberikan kontribusi produksi lebih kurang 72 ribu barel minyak per hari pada 2030.
Namun, perkembangan teknologi dan biaya produksi yang mahal masih menjadi tantangan untuk mengembangkan potensi migas nonkonvensional. Tantangan teknologi dan biaya produksi itu dipengaruhi oleh karakter dari migas non konvensional yang memiliki permeabilitas rendah dan viskositas yang tinggi.
"Kami sudah melihat beberapa investor tertarik dengan migas nonkonvensional dan mudah-mudahan sukses," kata Dwi.
Sejauh ini, SKK Migas telah memasukkan shale oil ke dalam evaluasi migas nonkonvensional sebagai cadangan yang prospektif untuk dikembangkan di masa depan.Adapun potensi migas nonkonvensional yang dimiliki Indonesia salah satunya berada di wilayah cekungan Sumatra Tengah.