Sabtu 07 May 2022 07:42 WIB

Dua Perusahaan Qatar dan Arab Saudi Dilaporkan Gabung Elon Musk Beli Twitter

Dua perusahaan Qatar dan Arab Saudi dikabarkan ikut mendanai Elon Musk.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nora Azizah
Dua perusahaan asal Qatar dan Arab Saudi dilaporkan ikut andil dalam membiayai kesepakatan pengusaha Elon Musk untuk mengakuisisi raksasa media sosial Twitter.
Foto: Reuters
Dua perusahaan asal Qatar dan Arab Saudi dilaporkan ikut andil dalam membiayai kesepakatan pengusaha Elon Musk untuk mengakuisisi raksasa media sosial Twitter.

EKBIS.CO,  RIYADH -- Dua perusahaan asal Qatar dan Arab Saudi dilaporkan ikut andil dalam membiayai kesepakatan pengusaha Elon Musk untuk mengakuisisi raksasa media sosial Twitter. Dua itu ialah Kingdom Holding Company milik konglomerat Saudi Pangeran Alwaleed bin Talal dan Qatar Holding LLC, anak perusahaan dari Qatar Investment Authority yang didukung negara.

Menurut pengajuan sekuritas yang dibuat oleh Musk, bos Tesla ini telah mengumpulkan 7,1 miliar dolar AS dari 18 investor untuk melakukan langkah akuisisi tersebut. Alwaleed bin Talal sepakat menyumbang sekitar 35 juta saham Twitter senilai 1,9 miliar dolar AS untuk mempertahankan saham di perusahaan pasca-akuisisi.

Baca Juga

"Senang terhubung dengan Anda, teman "baru" saya (Elon Musk). Saya percaya Anda akan menjadi pemimpin yang sangat baik di Twitter, untuk mendorong dan memaksimalkan potensi besarnya. Saya berharap menggulung 1,9 miliar dolar AS untuk Twitter yang "baru" dan bergabung dengan Anda dalam perjalanan yang seru ini," tutur Alwaleed bin Talal melalui cuitannya di Twitter, seperti dikutip dari Middle East Eye, Jumat (6/5/2022).

Investor lainnya ialah Ellison dengan 1 miliar dolar AS, Sequoia Capital 800 juta dolar AS, dan Vy Capital 700 juta dolar AS. Pangeran Alwaleed bin Talal pada April lalu mengatakan, dia bakal menolak tawaran terbaik dan terakhir Musk untuk membeli 100 persen perusahaan seharga 43 miliar dolar AS.

"Saya tidak percaya bahwa tawaran yang diajukan oleh Elon Musk (54,20 dolar AS) mendekati nilai intrinsik (Twitter) mengingat prospek pertumbuhannya. Menjadi salah satu pemegang saham terbesar dan jangka panjang Twitter, Kingdom Holding Company dan saya menolak tawaran ini," tulis sang pangeran.

Musk kemudian menanggapi penolakan sang pangeran itu. "Menarik. Hanya dua pertanyaan, kalau boleh. Berapa banyak Twitter yang dimiliki Kerajaan, secara langsung dan tidak langsung? Apa pandangan Kerajaan tentang kebebasan berbicara jurnalistik?," jawab Musk.

Berdasarkan pengajuan sekuritas itu, investasi tersebut akan mengurangi margin loan 12,5 miliar dolar AS yang diselenggarakan melalui Morgan Stanley dan bank lain menjadi 6,25 miliar dolar AS. Dengan adanya pembiayaan baru, saham Musk yang akan digunakan sebagai jaminan di bawah margin loan pun menjadi lebih sedikit.

Harga saham Twitter meroket bulan lalu setelah Musk mengumumkan dia telah mengakuisisi sembilan persen saham di perusahaan itu, yang membuatnya menjadi pemegang saham terbesar. Musk telah mempertimbangkan untuk bergabung dengan dewan Twitter tetapi akhirnya menolak kursi di meja perusahaan pada Senin lalu. Menurut Bloomberg, kekayaan Musk berkisar sekitar 260 miliar dolar AS.

Musk mengkritik kebijakan Twitter tentang kebebasan berbicara dan model bisnisnya, dan menyarankan perusahaan untuk beralih dari bisnis berbasis iklan ke bisnis yang mengandalkan langganan. Dia mengatakan bahwa platform tersebut perlu menjadi pribadi untuk mengubah dan membuka potensi sebenarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement