Selasa 31 May 2022 12:04 WIB

BI Catat Total Aset Industri Asuransi Rp 1.637 Triliun

Pengembangan investor institusi seperti asuransi dan dana pensiun sangat penting.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti. Bank Indonesia (BI) mencatat total aset industri asuransi mencapai Rp1.637 triliun pada Maret 2022.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti. Bank Indonesia (BI) mencatat total aset industri asuransi mencapai Rp1.637 triliun pada Maret 2022.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat total aset industri asuransi mencapai Rp1.637 triliun pada Maret 2022 atau meningkat 12,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Aset tersebut meliputi investasi sebesar Rp 1.345 triliun atau 82 persen dari total aset. "Industri asuransi di Indonesia menunjukkan kemajuan yang positif dalam hal investasi," ungkap Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam Indonesian Financial Group International (IFG) Conference 2022 di Jakarta, Selasa (31/5/2022).

Baca Juga

Tak hanya industri asuransi, Destry menuturkan dana pensiun turut menunjukkan kemajuan yang pesat. Total aset bersih dana pensiun senilai Rp 329 triliun atau tumbuh sekitar enam persen (yoy). Aset tersebut terdiri dari Rp 321 triliun investasi atau 27,5 persen dari seluruh aset yang dimiliki dana pensiun.

Maka dari itu, ia menilai pengembangan investor institusi seperti asuransi dan dana pensiun sangat penting untuk memperdalam pasar keuangan Indonesia. "Investor asuransi dan dana pensiun memiliki potensi besar untuk tabungan jangka panjang yang sangat cocok untuk investasi jangka panjang seperti pembiayaan infrastruktur," ujarnya.

Terlebih lagi, menurut dia, dana pensiun dan asuransi memungkinkan perekonomian mengelola risiko dengan lebih baik. Pasar keuangan domestik Indonesia saat ini masih relatif dangkal, yang ditunjukkan oleh terbatasnya volume transaksi, instrumen, dan pelaku pasar.

Untuk mencapai Indonesia sebagai negara berkembang, Destry menekankan pasar keuangan yang dalam sangat diperlukan untuk memberikan stabilitas rupiah sebagai fundamental bagi pembangunan Indonesia yang berkelanjutan dan memitigasi risiko sistemik.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement